Jumat, 19 Juli 2013

ASKEP JIWA LP PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A.  Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B.  Proses Terjadinya Masalah
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya keluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagi ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.

Respons                                                                    Respons
          Adaptif                                                                       Maladaptif

 


             Asertif               Frustasi                   Pasif              Agresif        Kekerasan

Gambar : Rentang respons marah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respons melawan dan menantang. Respons melawan dan menantang merupakan respons yang maladaptif yaitu agresif-kekerasan. Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi, yaitu :
Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.

Kekerasan : Sering juga disebut gaduh-gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai serta melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai, merusak secara serius. Klien mampu mengendalikan diri.


Faktor predisposisi
Sebagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1.   Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif/amuk. Masa kanak-kanak yang yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2.   Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi kekerasan.
3.   Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasanakan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4.   Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temforal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

Tanda dan Gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan pertama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara :
Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dilakukan klien.

C.  Pohon Masalah

Risiko menciderai orang lain/lingkungan
 



Perilaku kekerasan
 



Gangguan harga diri : harga diri rendah


D.  Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1.      Risiko menciderai orang lain/lingkungan
Data Subjektif :
§  Klien mengatakan pernah memarahi kakaknya
§  klien pernah marah-marah dan membuang barang-barang dirumahnya.
Data Objektif :
§  Klien dirawat dengan alasan pernah marah-marah dan memukul orang lain
§  Klien berteriak-teriak sendiri seperti sedang marah dengan orang lain
2.      Perilaku kekerasan
Data Subjektif :
§  Klien mengatakan akan memukul siapa saja yang menghalangi niatnya.
§  Klien mengancam akan melukai siap saja yang mendekat.
Data Objektif :
§  Klien tampak gelisah
§  Klien tampak mondar mandir
§  Klien tampak gaduh.

E.  Diagnosa Keperawatan
1.    Risiko menciderai orang lain/lingkungan b.d  perilaku kekerasan
2.    Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah.

F.   Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa :  Risiko menciderai orang lain / lingkungan b.d perilaku kekerasan.
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai orang lain
Tujuan Khusus :
  1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
  2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
  3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
  4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
  5. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan.
  6. Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
  7. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
  8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar





Tindakan Keperawatan :
TUK 1 :
  1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, waktu berbicara, dan tempat berbicara).
  2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
  3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab (orang lain, situasi, diri sendiri)

TUK 2 :
  1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal : tanda-tanda, agresif, kekerasan.
  2. Observasi tanda perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
  3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

TUK 3 :
  1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
  2. Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan (yang tidak membahayakan).
  3. Bicarakan dengan klien : apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 4 :
  1. Bicarakan akibat, kerugian cara yang digunakan klien
  2. Bersama klien menyimpulkan cara yang digunakan klien
  3. Tanyakan pada klien “Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”

TUK 5 :
1.    Tanyakan pada klien “apakah ia mengetahui cara lain yang sehat?”
2.    Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
3.    Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
Secara fisik : tarik napas jika sedang kesal atau memukul bantal atau olah raga, atau pekerjaan yang memerluka tenaga.
Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel : “saya kesal anda berkata seperti itu : “saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya”
Secara sosial : Latihan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan (MPK).
Secara spiritual : sembahyang, berdo’a atau ibadah lain : meminta pada tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada tuhan kekesalan / kejengkelan. (diskusi ini dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan).

TUK 6 :
  1. Bantu klien memilih cara yang disukai/cocok untuk klien
  2. Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari pada saat klien jengkel / kesal.
  3. Diskusikan dengan klien manfaat cara yang telah digunakan
  4. Beri pujian terhadap keberhasilan klien

TUK 7 :
  1. Buat kontrak dengan keluarga pada saat membawa klien dirawat di rumah sakit
§  Pertemuan rutin dengan perawat
§  Pertemuan keluarga-keluarga
  1. Bantu keluarga mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
§  Siapa yang dapat merawat klien
§  Fasilitas yang dimiliki keluarga di rumah
  1. Jelaskan cara-cara merawat klien pada keluarga
  2. Latih keluarga cara-cara merawat klien di rumah termasuk obat

TUK 8 :

  1. Jelaskan dan tunjukkan obat yang harus diminum klien pada klien dan keluarga
  2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti obat tanpa izin dokter
  3. Jelaskan prinsip benar minum obat dengan prinsip 5 (lima) benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu).
  4. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu
  5. Anjurkan klien melapor pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
  6. Beri pujian jika klien min
  7. um obat dengan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar