Jumat, 19 Juli 2013

PRINSIP KOMUNIKASI DAN ETIKA KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

PRINSIP KOMUNIKASI DAN ETIKA KEPERAWATAN
DALAM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL


DISUSUN OLEH:
NAMA      : VERY JULIUS WIJAYA
        NIM           : 02 11 062

         DOSEN PENGAJAR      : MAYA FADLILLAH, S.Kep, Ns



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
1.      Komunikasi
Komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

2.      Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etiket adalah tata cara (adat sopan santun) dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya
.
 B.     Jenis-jenis Komunikasi
1.      Komunikasi Verbal
Proses komunikasi yang melibatkan komunikan menggunakan percakapannya untuk menyampaikan berita/ pesan kepada penerima. Misalnya perbincangan, ucapan, berita.
Aspek- aspek komunikasi verbal:
a.    Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Humor
Sedikit hiburan akan menenangkan pasien serta dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit saat tindakan.
c. Waktu yang tepat
Waktu yang tepat sangat penting dalam menangkap pesan.

2. Komunikasi Non verbal
Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesanan disampaikan tanpa menggunakan kata-kata.
Aspek- aspek komunikasi non verbal
a. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara yang cukup / nyaman di dengar akan memberikan rasa nyaman pada pasien, dan membantu mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya.
           b. Ekspresi wajah
         Wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal.
c. Sentuhan
           Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun      perawat harus mnemperhatikan norma sosial.
d. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.

     C.    Faktor yang mempengaruhi komunikasi
    Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya,     sehinggasemakinsama latarbelakangbudaya antara komunikatordengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
2. Ikatan Kelompok atau Group
   Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamatipesan.
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
4.  Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
5. Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi ini adalah:
a. Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam)
b. Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang)
c. Faktor temporal, misal keadaan emosi
d. Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara
e. Teknologi
f. Faktor sosial, mencakup sistem peran
g.Lingkungan
h. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

D. Macam –Macam Teknik Berkomunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
  1. Pandang klien ketika sedang bicara
  2. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
  3. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
  4. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
  5. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
2. Menunjukkan penerimaan
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
a)      Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b)      Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c)      Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
d)     Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
5. Klarifikasi
6. Memfokuskan
7. Menyampaikan hasil observasi
8. Menawarkan informasi
9. Diam.
10. Meringkas
11. Memberikan penghargaan
12. Menawarkan diri
.13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
17. Refleksi

E.    Etika Yang Baik Dalam Komunikasi
Etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari- hari :
1.      Jujur tidak berbohong
2.      Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3.      Lapang dada dalam berkomunikasi
4.      Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5.      Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6.      Tidak mudah emosi / emosional
7.      Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8.      Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9.      Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan 
10.    Bertingkahlaku yang baik
F.     Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2. Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajah
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan  karakteristik lawan bicara
11.  Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, hormat, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)

G . Cara Perawat dalam Pemberian Obat terhadap Pasien
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas dalam postingan kali ini, namun ada baiknya juga kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan tersebut.

Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.
Peran Perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

H .  Prinsip Enam Benar
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)sepertitabletISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,spray,tetesmata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama yaitu :
1.      Suhu
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.      Posisi
Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
3.    Kadaluwarsa
Kadaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
I .   Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga
            Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain
Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
1)      Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
2)      Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
3)      Mahalnya harga obat.
4)      Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.

J .    Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Kolaborasi Pemberian Obat
Memberikan obat adalah salah satu tanggungjawab sebagai perawat. Kesalahan dalam penghitungan dan pemberian obat seringkali terjadi terutama pada perawat yang kurang berpengalaman, tetapi kita dapat menghindari masalah yang serius dengan mengikuti aturan dasar dalam pemberian obat. Berikut ini ada beberapa hal yang mesti kita lakukan yaitu :
1)      Mengetahui kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk pemberian obat.Periksa instruksi dokter.
2)      Mengetahui prinsip enam benar
3)      Baca masing masing label tiga kali.
4)      Tanyakan kepada pasien / keluarganya (jika pasien tidak sadar) jika ada riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu.
5)      Jangan biarkan adanya gangguan saat menyiapkan obat karena konsentrasi anda mungkin akan terganggu.
6)      Jangan berpendapat bahwa bagian farmasi selalu benar, lakukan pemeriksaan ulang terhadap obat yang diterima dari farmasi.
7)      Jangan pernah memberikan obat yang tidak memiliki label / etiket.
8)      Bila masih ragu, jangan mencampur obat.
9)      jangan menuangkan kembali cairan ke dalam botol.
10)  Selalu memeriksa identitas pasien sebelum memberikan obat.
11)  Periksa ulang perhitungan obat.
12)  Kenali antidot, terutama bila memberikan obat-obat intravena.
13)  Kenali kerja, efek samping dan reaksi balik dari obat sebelum memberikan obat.
14)  Selalu mengetahui waktu pemberian yang diharuskan bila memberikan obat-obat intravena.
15)  Bila memastikan instruksi dokter, sebaiknya bicarakan hanya dengan dokter yang menuliskan obat tersebut.
Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
1)      Waspadalah terhadap nama obat yang hampir sama.
2)      Waspadalah selalu terhadap penggunaanbanyak tablet.
3)      Waspadalah terhadap perubahan yang tiba-tiba dalam instruksi obat-obatan.
4)      Selalu mencocokkan instruksi yang tidak jelas dengan dokter.
5)      Selalu memastikan instruksi pemberian obat secara khusus.
6)      Lihat kembali nama generik obat bila tidak yakin sungguh-sungguh.
7)      Jangan menginterpretasikan tulisan tangan yang tidak jelas, yakinkan dengan dokter yang bersangkutan.
8)      Berikan perhatian khusus terhadap pemberian obat-obatan yang banyak.
9)      Periksa kembali bila pasien mengatakan “saya sudah minum pil saya”

K.     Pemberian Obat Secara Intra Vena
Pemberian Obat Intravena adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena, diantaranya vena mediana cubiti (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis (kepala).
Tujuan
Memberikan obat dengan reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Prosedur Kerja :
1.      Tahap Orientasi
    1. Memberikan salam sebagai pendekatan
    2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
    3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
2.      Tahap Kerja
    1. Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
    2. Memasang perlak dan alasnya
    3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
    4. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
    5. Memakai hand schoon
    6. Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari arah dalam ke luar) biarkan kering
    7. Mempertahankan vena pada posisi stabil
    8. Memegang spuit dengan sudut 30 derajat
    9. Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang jarum menghadap ke atas
    10. Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit
    11. Membuka tourniquet
    12. Memasukkan obat secara perlahan
    13. Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan kapas
    14. Menutup daerah tusukan dengan “plester luka”
    15. Membuang spuit ke dalam bengkok

3. Tahap Terminasi
    1. Melakukan evaluasi tindakan
    2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
    3. Berpamitan dengan pasien/keluarga
    4. Membereskan alat-alat
    5. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

L.    Komunikasi Dan Etika Dalam Pemberian Obat Intravena
Suatu proses dialog  dimana perawat harus dapat menerapkan teori komunikasi dan etika ke dalam kehidupan, khususnya pada praktek asuhan keperawatan pemberian obat intravena, sehingga hak pasien dalam  mendapatkan informasi, pelayanan kesehatan, serta perlakuan manusiawi dapat terpenuhi dengan baik.


  
BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
1.    Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2.    Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
3.    Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat. Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu , benar dokumentasi.
2. SARAN
                         i.          Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
                       ii.          Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
                     iii.          Dalam pemberian obat hendaknya perawat selalu memperhatikan 5 benar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
                     iv.          Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika keperawatan.





DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Massofa. www.wordpress.com. 2008. faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-dalam-berkomunikasi. 30 Maret 2011.

Purba, Jeni marlindawani, Skp. Zwani.com. 2008. Komunikasi Dalam Keperawataan. 1 April 2011.

www.blogspot.com. 2011. Sop pemberian obat intravena. 8 April 2011.
Zubair, Agustina. www.wordpress.com.. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. 2 April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar