PRINSIP KOMUNIKASI DAN ETIKA
KEPERAWATAN
DALAM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
DISUSUN OLEH:
NAMA : VERY
JULIUS WIJAYA
NIM
: 02 11 062
DOSEN PENGAJAR : MAYA FADLILLAH, S.Kep, Ns
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Komunikasi
Komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi
diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas
komunikasi tersebut.
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka
pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang
diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977
antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran
informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau
tingkah laku.
2. Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia
sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etiket adalah tata cara (adat
sopan santun) dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara
sesama manusianya
.
B. Jenis-jenis
Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Proses
komunikasi yang melibatkan komunikan menggunakan percakapannya untuk
menyampaikan berita/ pesan kepada penerima. Misalnya perbincangan, ucapan,
berita.
Aspek- aspek komunikasi verbal:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi
yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, dengan menggunakan kata-kata
yang mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Humor
Sedikit
hiburan akan menenangkan pasien serta dapat mengurangi ketegangan dan rasa
sakit saat tindakan.
c. Waktu yang tepat
Waktu yang tepat sangat penting dalam menangkap pesan.
2. Komunikasi Non verbal
Komunikasi
non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesanan disampaikan tanpa
menggunakan kata-kata.
Aspek- aspek komunikasi non verbal
a. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara
yang cukup / nyaman di dengar akan memberikan rasa nyaman pada pasien, dan
membantu mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya.
b. Ekspresi wajah
Wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting
dalam komunikasi interpersonal.
c. Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian
yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun perawat harus mnemperhatikan norma sosial.
d. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh
dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat
dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan
langkah klien.
C. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
Interpretasi suatu pesan akan
terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehinggasemakinsama latarbelakangbudaya antara komunikatordengan komunikan maka komunikasi semakin
efektif.
4. Pendidikan
Semakin
tinggi pendidikan akan
semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang
disampaikan.
5. Situasi
e. Teknologi
g.Lingkungan
D. Macam –Macam Teknik Berkomunikasi Terapeutik
dalam Keperawatan
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan
penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut
ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950)
dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Ketrampilan mendengarkan sepenuh
perhatian adalah dengan:
- Pandang klien ketika sedang
bicara
- Pertahankan kontak mata yang
memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
- Sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
- Hindarkan gerakan yang tidak
perlu.
- Anggukan kepala jika klien
membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
2.
Menunjukkan penerimaan
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan
kepala seakan tidak percaya.
a) Mendengarkan tanpa
memutuskan pembicaraan.
b) Memberikan umpan
balik verbal yang menapakkan pengertian.
c) Memastikan bahwa
isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
d) Menghindarkan untuk
berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
5. Klarifikasi
6. Memfokuskan
7. Menyampaikan hasil observasi
8. Menawarkan informasi
9. Diam.
10. Meringkas
11. Memberikan penghargaan
12. Menawarkan diri
.13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai
pembicaraan.
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat
dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
17. Refleksi
E. Etika
Yang Baik Dalam Komunikasi
Etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-
hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap
Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang
dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan
panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan
pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak
mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif
sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa
yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan
pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik
F. Contoh
Teknik Komunikasi Yang Baik
1. Menggunakan
kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2. Gunakan
bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajah
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10. Mampu
menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan
bicara yang baik.
12. Menggunakan
komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat
tangan, hormat, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)
G . Cara Perawat dalam Pemberian Obat terhadap Pasien
Dalam
memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip
enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam
memberikan obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas dalam postingan
kali ini, namun ada baiknya juga kita mengetahui peran masing-masing profesi
yang terkait dengan upaya pengobatan tersebut.
Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran
penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja
sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat
kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek
penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila
diminta.
Peran Perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Peran Perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
H . Prinsip Enam Benar
1. Benar Pasien
Sebelum obat
diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap
obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus
diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada
botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan
obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa
dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis
resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan
dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga
1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang
berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,
serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)sepertitabletISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,spray,tetesmata.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)sepertitabletISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,spray,tetesmata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa
enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian
obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang
efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang
memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum
setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat
itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama yaitu :
Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama yaitu :
1.
Suhu
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.
Posisi
Posisi, pada
tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
3.
Kadaluwarsa
Kadaluwarsa,
dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening
menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
I . Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan
pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi
obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang
salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi
kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi
dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan
itu diketahuinya.
Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain
Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain
Mengapa
Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
1)
Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
2)
Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
3)
Mahalnya harga obat.
4)
Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas
pemberian obat itu kepada pasien.
J . Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan dalam Kolaborasi Pemberian Obat
Memberikan obat adalah salah satu tanggungjawab sebagai perawat. Kesalahan dalam penghitungan dan pemberian obat seringkali terjadi terutama pada perawat yang kurang berpengalaman, tetapi kita dapat menghindari masalah yang serius dengan mengikuti aturan dasar dalam pemberian obat. Berikut ini ada beberapa hal yang mesti kita lakukan yaitu :
Memberikan obat adalah salah satu tanggungjawab sebagai perawat. Kesalahan dalam penghitungan dan pemberian obat seringkali terjadi terutama pada perawat yang kurang berpengalaman, tetapi kita dapat menghindari masalah yang serius dengan mengikuti aturan dasar dalam pemberian obat. Berikut ini ada beberapa hal yang mesti kita lakukan yaitu :
1)
Mengetahui kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk pemberian obat.Periksa
instruksi dokter.
2)
Mengetahui prinsip enam benar
3)
Baca masing masing label tiga kali.
4)
Tanyakan kepada pasien / keluarganya (jika pasien tidak sadar) jika ada riwayat
alergi terhadap obat-obat tertentu.
5)
Jangan biarkan adanya gangguan saat menyiapkan obat karena konsentrasi anda
mungkin akan terganggu.
6)
Jangan berpendapat bahwa bagian farmasi selalu benar, lakukan pemeriksaan ulang
terhadap obat yang diterima dari farmasi.
7)
Jangan pernah memberikan obat yang tidak memiliki label / etiket.
8)
Bila masih ragu, jangan mencampur obat.
9)
jangan menuangkan kembali cairan ke dalam botol.
10)
Selalu memeriksa identitas pasien sebelum memberikan obat.
11)
Periksa ulang perhitungan obat.
12)
Kenali antidot, terutama bila memberikan obat-obat intravena.
13)
Kenali kerja, efek samping dan reaksi balik dari obat sebelum memberikan obat.
14)
Selalu mengetahui waktu pemberian yang diharuskan bila memberikan obat-obat
intravena.
15)
Bila memastikan instruksi dokter, sebaiknya bicarakan hanya dengan dokter yang
menuliskan obat tersebut.
Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
1)
Waspadalah terhadap nama obat yang hampir sama.
2)
Waspadalah selalu terhadap penggunaanbanyak tablet.
3)
Waspadalah terhadap perubahan yang tiba-tiba dalam instruksi obat-obatan.
4)
Selalu mencocokkan instruksi yang tidak jelas dengan dokter.
5)
Selalu memastikan instruksi pemberian obat secara khusus.
6)
Lihat kembali nama generik obat bila tidak yakin sungguh-sungguh.
7)
Jangan menginterpretasikan tulisan tangan yang tidak jelas, yakinkan dengan
dokter yang bersangkutan.
8)
Berikan perhatian khusus terhadap pemberian obat-obatan yang banyak.
9)
Periksa kembali bila pasien mengatakan “saya sudah minum pil saya”
K. Pemberian
Obat Secara Intra Vena
Pemberian
Obat Intravena adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena, diantaranya
vena mediana cubiti (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher),
vena frontalis (kepala).
Tujuan
Memberikan obat dengan reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Prosedur Kerja :
1. Tahap
Orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada keluarga/pasien
- Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan
dilakukan
2. Tahap
Kerja
- Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah
distal
- Memasang perlak dan alasnya
- Membebaskan daerah yang akan di injeksi
- Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
- Memakai hand schoon
- Membersihkan kulit dengan kapas alcohol
(melingkar dari arah dalam ke luar) biarkan kering
- Mempertahankan vena pada posisi stabil
- Memegang spuit dengan sudut 30 derajat
- Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang
jarum menghadap ke atas
- Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk
spuit
- Membuka tourniquet
- Memasukkan obat secara perlahan
- Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas
- Menutup daerah tusukan dengan “plester luka”
- Membuang spuit ke dalam bengkok
3. Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
- Berpamitan dengan pasien/keluarga
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
Mencatat
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
L. Komunikasi
Dan Etika Dalam Pemberian Obat Intravena
Suatu proses dialog dimana perawat harus dapat menerapkan teori
komunikasi dan etika ke dalam kehidupan, khususnya pada praktek asuhan
keperawatan pemberian obat intravena, sehingga hak pasien dalam
mendapatkan informasi, pelayanan kesehatan, serta perlakuan manusiawi dapat
terpenuhi dengan baik.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi
terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang
turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila
dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal
lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini
merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan terapeutik.
3. Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus
mengingat dan memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat
terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat. Benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar rute, benar waktu , benar dokumentasi.
2. SARAN
i.
Dalam
melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
ii.
Dalam
berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di
mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
iii.
Dalam
pemberian obat hendaknya perawat selalu memperhatikan 5 benar agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
iv.
Dalam
menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Massofa. www.wordpress.com. 2008. faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-dalam-berkomunikasi. 30
Maret 2011.
Purba, Jeni marlindawani, Skp. Zwani.com. 2008. Komunikasi
Dalam Keperawataan. 1 April 2011.
www.blogspot.com.
2011. Sop pemberian obat intravena. 8 April 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar