KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
DISUSUN
OLEH :
1.Agustina
2.M.nova
rinaldo
3.Very
Julius wijaya
Dosen pembimbng :Reny triwijayanti
S.kep Ns.
PROGRAM STUDY DIII. KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
daftar isi
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB.I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 3
1.4 Metode
Penulisan............................................................................ 3
BAB.II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi.......................................................................................... 4
2.2 Konsep dasar
oksigenasi................................................................ 4
2.3 Anatomi
sistem pernapasan............................................................ 5
2.4Fisiologi
sistem pernapasan ............................................................ 6
2.5Faktor yang
pengaruh sistem pernapasan........................................ 7
2.6 Asuhan Keperawatan Pada
Masalah Kebutuhan Spiritual............... 9
BAB.III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................... 15
Daftar
Pustaka................................................................................................. 16
iii
|
Syukur alhamdulillah penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengan Gangguan Kebutuhan
Oksigen (o2)”
Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya
terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta
kehilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah
ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta saran dari
berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya
atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini,
akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan
dan ilmu keperawatan serta bagi kita
semua, Amin.
Palembang, Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oksigenasi adalah proses penambahan
ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigen (
) merupakan
gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi dan air,
akan tetapi penambahan
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.(Aziz ,Alimul,H,2006)
Berdasarkan
pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat
(2005) yaitu Pernapasan atau
respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi
utama pernapasan adalah untuk memperoleh
agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan
mengeluarkan
yang dihasilkan oleh sel. saat bernapas
,tubuh mengambil
dari lingkungan untuk kemudian diangkut
keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran . selanjutnya
,sisa pembakaran berupa
akan kembali di angkut oleh darah ke paru
paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.
|
Adapun
rumusan masalah yang penulis buat yaitu:
A.
Mahasiswa tidak mengetahui pengertian pemberian oksigen?
B.
Mahasiswa tidak mengetahui fungsi pernapasan?
C.
Mahasiswa tidak mengetahui faktor yang mempengaruhi
pernapasan?
D.
Mahasiswa tidak mengetahui proses keperawatan dan
oksigenisasi?
E.
Mahasiswa tidak mengetahui jenis-jenis pemeriksaan pada
pernapasann?
F.
Mahasiswa belum mengetahui tentang asuhan keperawatan
pada pemenuhan kebutuhan oksigen (o2)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
A.
Mahasiswa mengetahui pengertian pemberian oksigen.
B.
Mahasiswa mengetahui fungsi pernapasan.
C.
Mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi pernapasan.
D.
Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pemeriksaan pada
pernapasan.
E.
Mahasiswa mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan oksigen (o2).
1.4 Metode Penulisan
Metode
penulisan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan melakukan study pustaka yang
artinya penulis mengunjungi perpustakaan yang ada diSTIKES Muhammadiyah
Palembang. Untuk mencari berbagai referensi untuk melengkapi data dalam membuat
makalah ini.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Oksigenasi
2.1.1
Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan
ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (
) merupakan
gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses
metabolisme sel.sebagai hasilnya ,terbentuklah karbon dioksida ,energi dan air
.akan tetapi penambahan
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Aziz,
Alumul. H, 2006).
Oksigen
O2 Adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh . secara normal elemen ini diproleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernafas .(tarwoto, wartonah 2003).
2.1.2 Fungsi pernapasan
Pernapasan
atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
.fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh
agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan
mengeluarkan
yang dihasilkan oleh sel.saat bernapas ,tubuh
mengambil
dari lingkungan untuk kemudian diangkut
keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran
.selanjutnya ,sisa pembakaran berupa
akan kembali di angkut oleh darah ke paru
paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.
2.1.3
Kebutuhan oksigen
Kapasitas
(daya muat)udara dalam paru paru adalah 4.500-5.000ml (4,5-51) udara yang
diproses dalam paru paru hanya sekitar 10%(500ml),yakni yang dihirup
(inspirasi)dan yang dihembuskan (ekspirasi)pada pernapasan biasa.
Gambar I.
2.2 Anatomi–fisiologi sistem
pernapasan
2.2.1
Struktur sistem pernapasan
A.
Sistem pernapasan atas
Sistem
pernapsan atas terdiri atas mulut ,hidung,faring,dan laring:
Ø Hidung , pada
hidung ,udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan
,,humidifikasi,dan penghangatan .
Ø Faring,
faring merupakn saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan .faring
terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan memghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara .
Ø Laring.
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun
.selain berperan dalam menghasilkan suara,laring juga berpungsi mempertahankan
kepaten jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang Gambar system pernafasan bagian atas
B. Sistem pernapasan
bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas
trakea dan paru paru yang dilengkapi dengan bronkus ,bronkiolus ,alveolus
,jaringan kapiler ,dan membrane pleura:
Ø Trakea.trakea
merupakan pipa membrane yang disokong oleh cincin cincin kartilago yang
menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri.didalam paru,bbronkus
utama terbagi menjadi bronkus bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal.keseluruhan jalan napas tersebut membebtuk pohon bronkus .
Ø Paru.paru
paru ada 2 buah ,terletak disebelah kanan dan kiri .masing masing paru trdiri
atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus)dan dipasok
oleh satu bronkus .jaringan paru sendiri terdiri dari atas serangkaian jalan
napas yang bercabang cabang ,yaitu alveoulus ,pembuluh darah paru ,dan jaringan
ikat elastis .permukan luar paru di lapisi oleh kantong tertutup berdinding
ganda yang disebut pleura .peura parietal membatasi toraks dan permukaan
diafargma ,sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru .di antara
kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsu sebagai pelumas
guan mencegah friksi selama
Ø gambar Sistem
pernafasan bagian bawah.
2.2.2
Fisiologi pernapasan
A.
Pernapasan eksternal:
Pernapasan
eksternal (pernapasan pulmoner )mengacu pada keseluruhan proses pertukaran
dan
antara lingkungan eksternal dan sel tubuh
,secra umum ,proses ini berlangsung dalam tiga langkah yakni ventilasi pulmoner
pertukaran gas alveolar ,serta transport oksigen dan karbon dioksida .(Sayfudin.
2006.)
- ventilasi pulmoner . saat bernapas ,udara bergantian
masuk keluar paru eksternal dan alveoulus .proses ventilasi ini
berpengaruh oleh beberapa factor yaitu jalan napas yang bersih ,sistem
saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh ,ronga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik ,serta komplians paru yang adekuat
.
- pertuakaran gas alveolar .setelah oksigen memasuki
alveolus ke pembuluh darah pulmoner.difusi adalah pergerakan molekul dari
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah .proses ini berlangsung di
alveolus dan membrane kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membrane
setra perbedaan tekanan gas .
- transport oksigen dan karbon dioksida .tahap ketiga
pada oroses pernapasan adalah transport gas gas pernapasan .pada proses
ini ,oksigen di angkut dari paru menuju jaringan kembali menuju paru .
- tranver
- transver
B.
Pernapasan internal
pernapasan
internal (pernapasan jaringan)mengacu pada proses meatbolisme intra sel yang
berlangsung dalam mitokondria yang menggunakan
dan menghasilkan
selama proses penyerapan inergi molekul
nutrient.pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen di bawa ke
seluruh tubuh hinga mencapai kapiler sistemik .selanjutnya menjadi pertukaran
dan
antar kapiler sistematik dan sel jaringan
.seperti di kapiler paru,pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif
mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.(Sayfuddin.2006.)
2.2.3 Fisiologi kardiovaskuler
fungsi sistem
jantung ialah mengantarkan oksigen,nutrient dan substansi lain ke jaringan dan
membuang produk metabolisme selular melalui pompa jantung. Sistem paskuler
sirkulasi dan integrasi sistem lainnya. (misalnya. Sistem pernapasn,
pencernaan, dan ginjal). (mccance dan huether,1994)
A.
Struktur dan fungsi
pentrikel
kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonary,sedangkan pentrikel kiri
memompa darah ke sirkulasi sistematik yang menyediakan oksigen dan nutrien ke
jaringan dan membuang sampah dari tubuh.siste sirkulasi men suplai gas
pernapasan nutrient dan produk sampah antara darah dan jaringan.
B. Pompa miokard
- kerja pompa jantung sangat penting untuk
mempertahankan aliran oksigen.efektipitas pompa yang menurun seperti yang
terjadi pada penyakit arteri koroner(coronary arteri disease,CAD) dan
kondisi kardiomiopati menyebabkan volume curah jantung menurun,volume
darah yang dikeluarkan dari penntrikel menurun.pendarahan dan dehidrasi
menurunkan keefektipan pompa dengan menurunkan volume darah yang
bersikulasi sehingga menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan dari
pentrikel.
- Serabut otot jantung (miokard) memiliki kontraktil
yang memungkinkan akan merenggang selama proses pengisian darah.pada
jantung yang sehat,regangan ini secara proposional berhubungan dengan
kekuatan kontraksi. Saat miokard merenggang maka
kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat.peristiwa ini dikenal dengan
hukum jantung frank-starling (starling).
C. Aliran darah miokard
Untuk mempertahankan aliran darah yang
adekuat kesirkulasi pulmonary dan sirkulasi sistemik maka aliran darah miokard
harus menyuplai oksigen dan nutrient yang cukup untuk miokardium itu
sendiri.aliran darah satu arah melalui jantung dipastikan oleh 4 katup
jantung.selam adiastol pentrikular, katup atrio penntrikular (mitral dan
trikuspit) terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih
tinggi kedalam pentrikel yang relaksasi.
D. Sirkulasi arteri koroner
Aliran darah melalui atrium dan
ventrikel tidak menyulai oksigen dan nutrient untuk miokardium itu
sendiri.sirkulasi koroner merupakan cabang sirkulasi sistemik yang menyuuplai
oksigen dan nutrien ke miokardium dan membuang sampah dari miokardium.arteri
inin muncul dari aorta tepat diatas dan dibelakang katup aorta melalui muara,
yang disebut ostium koroner.
E. Sirkulasi sistematik
Arteri dan
vena sirkulasi sistematik mengantarkan nutrien dan oksigen ke jaringan dan
membuang sampah dari jaringan. Darah yang mengandung oksigen mengalir dari
ventrikel kiri melalui aorta dan kedalam sistematik yang besar. Arteri ini
bercabang ke dalam arteri-arteri yang lebih kecil, arteriol, dan akhirnya
kedalam pembuluh darah yang kecil, yang disebut kapiler. Di tingkat kapiler
terjadi pertukaran gaspernapasan, nutrient dan sampah serta jaringan
dioksigenasi. Produk sampah yang keluar dari jaringan kapiler
melalui venula yang bergabung membentuk vena.
Vena-vena ini membentuk vena yang lebih
besar, yang membawa darah yang tidak mengandung oksigen ke sisi kanan jantung,
tempat darah itu dikembalikan ke sirkulasi pulmonary.
F. Pengaturan Aliran Darah
Jumlah darah yang dipompa keluar dari
ventrikel kiri setiap menit disebut curah jantung. Curah jantung normal adalah
4 sampai 6 liter per menit pada orang dewasa yang sehat dengan berat badan 70
kg saat beristrahat. Volume darah yang bersirkulasi berubah sesuai kebutuhan
oksigen dan metabolic tubuh. Misalnya, selama latihan, kehamilan, dan demam,
curah jantung meningkat, tetapi selama tidur curah jantung menurun. Curah
jantung disajikan dengan rumus berikut:
Curah
jantung ( CJ ) = volume sekuncup (Vs) x frekuensi denyut jantung (FDJ).
Curah
jantung pada lansia dapat dipengaruhi tegangan dinding arteri yang meningkat
dan hipertrofi miokard yang sedang akibat peningkatan tekanan darah sistolik.
2.3 Faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi pernapasan
2.3.1
Faktor Fisiologis
Gangguan pada
fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi
ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya:
·
Penurunan
kapasitas angkut
secara
fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa
kejaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya
pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan
.
·
konsentrasi
Inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaanalat Penurunan terapi pernafasan dan penurunan kadar
lingkungan.
·
Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi
darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misl,pada
penderita syok atau dehidrasi berat).
·
Peningkatan laju metabolic. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam
yang terus menerus mengakibatkan laju metabolic. Akibatnya tubuh memecahkan
persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
·
Kondisi lainnya. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dada seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas, musculoskeletal (misl, micusekscapatum, dan
kiposis), trauma, penyakit otot, penyekit susunan syaraf, gangguan syaraf
pusat, dan penyakit kronis.
2.3.2 Status kesehatan
pada orang
kesehatan yang sehat ,sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh .akan tetapi,pade kondisi sakit tertentu ,proses oksigenasi
tersebut dapat terhambat sehingga mengangu pemenuhan kebutuhan oksigen .kondisi
tersebut antara lain ganguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskuler
,penyakit kronis ,penyakit obsturksi pernapasan atas, dll.
2.3.3
Perkembangan
Tingkat perkembnagn menjadi salah satu
factor penting yang memengaruhi sistem pernapsan individu:
- Bayi
prematur .bayi yang lahir premature berisiko menderita penyakit membrane
hialin yang di tandai dengan berkembangnya membrane serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernapasan .
- Bayi
dan anak anak .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas
atas ,seperti faringitis ,influenza ,tonsillitis,dan aspirasi benda asing
- Anak
usia sekolah dan remaja .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi
saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk ,seperti merokok.
- Dewasa
muda dan paruh baya .kondisi sters,kebiasaan merokok ,diet yang tidak
sehat ,kurang berolahraga merupakan factor yang dapat meningkatkan resiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
- Lansia.proses
penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal
pernapasan ,seperti penurunan elastisitas paru,pelebaran alveolus
,dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar o2
2.3.4 FaKtor perilaku
Perilaku seharian dapat berpengaruh
terhadap fungsi pernapasanya.status nutrisi,gaya hidup,kebiasaan berolahraga ,kondisi
emosional,dan pengunaan kebutuhan oksigen tubuh.
v Nutrisi.kondisi
berat badan berlebihan (obesitas)dapat menghambat ekspansi paru,sedangkan
malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan
mengurangi kekuatan kerja pernapasan .
v Olah
raga.latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolic,denyut jantung ,dan
kedalam serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen .
v
Ketergantungan zat adiktif .pengunaan alcohol dan obat
obatan yang berlebihan dapat mengangu proses oksigenasi .hal ini terjadi karena
:
1.
alcohol dan obat obatan dapat menekan pusat pernapasan
dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan .
2.
pengunaan narkotika dan analgesic ,terutama morfin dan
mrperidin ,dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernapasan .
v
emosi.perasaan takut ,cemas dan marah yang tidak
terkontrol akaan merangsang aktivitas saraf simpatis .kondisi ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat .
v
gaya hidup .kebiasaan merokok dapat mempengaruhi
pemunuhan kebutuhan oksigen seseorang .merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung .
2.3.5 Lingkungan
kondisi
lingkungan ,seperti ketinggian ,suhu,serta polusi udara dapat memengaruhi
proses oksigenasi:
ü
suhu.faktor suhu (panas atau dingin)dapat berpengaruh
terhadap afinitas atau kekuatan ikatan hb dan o2.dengan kata lain ,suhu
lingkungan juga bias memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang .
ü
ketinggian.pada dataran yang tinggi akan terjadi
penurunaan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun
.akibatnya,orang yang tinggal di datran yang tinggi cenderung mengalami
peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
ü
Polusi .polusi udara seperti asap atau debu sering kali
menyebabkan sakit kepal,pusing ,batuk, tersedak,dan berbagai ganguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya
2.2.4 Ganguan pada
fungsi pernapasan
2.4.1 Perubahan pola pernapasan
Perubahan pola
pernapasan yang umum terjadi adalah takipnea,bradipnea,napas
kussmaul,hipoventilasi,dispnea dan orthopnea:
- Takipnea:prekuensi pernapasan yang cepat.
- Bradipnea:frekuensi pernapasan yang lambat dan
abnormal .
- Apnea:henti
napas
- Hiperventilasi:peningkatan jumlah udara yang
memasuki paru .
- Hipoventilasi:penurunan jumlah udara yang memasuki
paru paru
- Pernapasan
kussmaul:salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis
metabolic.
- Orthopnea
:ketidakmapuan untuk bernapas ,kecuali dalam posisi tegak atau berdiri
- Dispnea:kesulitan atau ketidaknyamanaan saat
bernapas .
2.4.2 Hipoksia
Hipoksia
adalah kondisi ketika kadr oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat
kurangnya penggunaan atau peningkataan o2 pada tinggakt sel.kondisi ini
ditandai dengan kelehan,kecemasan ,pusing,penurunaan tingkat kesadaran
,penurunan kosentrasi, kelemahan, peningkatan tanda tanda vital distritmia,
pucat, soanosis, clubbing, dan dispnea.
2.4.3 Obstruksi jalan napaas
Obstruksi
jalan napas ,baik total maupunsebagian ,dapat terjadi disluruh tempat di
sepanjang jalan napa atas atau naps bawh .obstruksi pada jalan naps atas(hidung,faring,laring)dapat
disebabkan benda asing seperti, makanan akumulasi secret, atau oleh lidah yang
menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar.
2.2.4PEMERIKSAAN
PERNAFASAN
Pengertian :
Merupakan pemeriksaan yang di
lakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondiogsida.
Tujuan :
a. Untuk
menilai frekuensi
b. Irama
c. Kedalaman
d. Tipe dan
pola nafas
POLA
PERNAFASAN
a. Dispnea :
susah bernafas yang menunjukan adanya retaksi
b. Bradifnea : frekuensi pernafasan lambat yang abnormal
c. Takifnea : pernafasan cepat yang abnormal
d. Hiperepnea : pernafasan cepat dan dalam
e. Apnea : tidak ada pernapasan
f. Cheyne
Stokes : periode pernafasan
cepat dalam yang berganti dengan priode
apnea ,umumnya pada bayi
dan anak selama tidur nyenyak ,depresi dan kerusakan otak
.
g. Kusmaul :nafas dalam yang abnormal bias cepat
,normal atau lambat .umumnya pada asodosis metabolism
h. Biot : Nafas tidak teratur
,menunjukan adanya kerusakan otak bagian atas bawah dan depresi pernafasan .
NAFAS NORMAL .
A. Bayi baru
lahir : 35-40
x/menit
B. Bayi 6 bulan
: 30 -50 x/ menit
C. Todder (2
tahun ) :25-32 X/menit
D. Anak –anak :20-0 X/Menit
E. Remaja :16-19 X/menit
F. Dewasa :12-20 X/menit
2.5.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di lakukan untuk mengkaji tingkat
oksigenesi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik
ini.
A. INSPEKSI
Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan
observasi dari kepala sampai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna
membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi
sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus
diperiksa selama palpasi, perkusi, dan auskultasi.
B. PALPASI
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah.
Dengan palpasi, jenis dan jumblah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat
diketahui dan perawat dapat mengindentifikasi taktil fremitus, getaran pada
dada ( thrill ), angkatan dada (heaves ), dan titik impuls jantung
maksimal.
C. PERRKUSI
Adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk
menentukan adanya udara. Cairan, atau benda padat di jarinagan yang berada di
bawah objek tersebut ( Malasanos, Barkaukas, dan Stoltenberg-Allen, 1190 ).
Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang di ketuk dengan
kedalaman 4 sampai 6 cm (seidel dkk:
1995 ). Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar, dan
timpani.
D. AUSKULTASI
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi
bunyi paru dan jantung yang normal maupun tidak normal.Auskultasi sistem
kardiovaskular harus meliputi pengkjian, dalam mendeteksi bunyi s dan s normal,
mendeteksi adanya bunyi s dan s yang tidak normal, dan bunyi murmur, serta
bunyi gesekan.Auskultasi bunyi paru di lakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru: anterior, posterior, dan lateral. Suara napas
tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di
suatu lapangan paru atau terjadi obstruksi.
2.5.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaa
untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung.
Pemeriksaan yang di lakukan untuk menentukan konduksi jantung mencakup
pemeriksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan
stres latihan. Dan pemeriksaan elektrofisiolgi.
Monitor holter. Monitor holter merupakan peralatan yang dapat di bawa ( portabel
) dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang
terus-menerus selama periode tertentu. Misalnya selama 12 jam atau lebih lama.
Monitor holter memungkinkan klien untuk
tetap melakukan aktivitas listrik jantung mereka di rekam.
Elektrokardiogram .elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grafik
aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik
jantung ( aksis jantung ).
Pemeriksaan stres latihan ,pemeriksaam
stres latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stres
fisik.pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respons miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
Dan waktu penyembuhan jantung di cerminkan di hasil EKG ( Canobbia, 1990 ).
Pemeriksaan elektrofisiologis . pemeriksaan elektrofisiologis ( PEF ), merupakan
pengukuran invasif aktivitas listrik kateter elektroda diinsersi ke dalam
atrium kanan, biasanya melalui vena femoral.stimulasi listrik kemudian di
hantarkan melalui kateter sementara monitor dan komputer EKG merekam respon listrik jantung terhadap stimulus.
Pemeriksaan
untuk menentukan kontraksi Miokrad dan Aliran darah . ekokardiografi
, skintigrafi, kateterisasi, dan angiogrfi digunakan untuk menentukan kontraksi miokrad dan aliran darah.
Ekokardiografi . ekokardiografi
merupakan pengukuran moninvasif untuk mngevaluasi struktur internal jantung dan
gerakan dinding jantung. Ekokardiogram secara grafik mendemotrasikan
keseluruhan tampilan jantng.
Skintingrafi .
skintingrafi atau angiografi radionuklida merupakan tehnik moninvasif yang
menggunakan radio isotop untuk mngevaluasi struktur jantung , perfusi miokrad,
dan kontraktilitas ( Canobbio, 1990 ).
Kateterisasi jantung
dan angiografi. Kateterisasi jantung dan angiografi adalah prosedur
invasif yang di gunakan untuk memvisualisasi ruang-ruang jantung, katup,
pembuluh-pembuluh darah besar, dan arteri koroner, serta mengukur tekanan dan
volume di dalam empat ruang. Katetersi jantung, yang dilakukan untuk tujuan
diagnostik, biasany dilakukan sebagai tindakan rawat jalan. Klien dapat pulang hanya dalam
waktu 6 sampai 8 jam setelah prosedur. Komplikasi yang berhubungan
dengan prosedur jantung meliputi distimia, perdarahan pada lokasi pungsi,
hematoma, dan stroke.
Pemeriksaan untuk Mengukur Keadekuatan Ventilasi dan
Oksigen.
Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, dan hitung darah lengkap digunakan untuk mengkaji
keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
Pemeriksaan fungsi paru, pemeriksaan paru
menentukan kemampuan paru paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida secara efisien. Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di
laboraterium fungsi pulmonar. Sebuah klip hidung mencegah klien menghirup udara
atau mengeluarkan udara melalui hidung. Klien
bernapas melalui masker mulut yg di hubungkan ke spirometer, yang berfungsi
untuk mengukur volume paru.
Kecepatan
aliran ekspirasi puncak, kecepatan aliran ekspirasi puncak
( peak expyratory flow rate [ PEFR ]
)adalah titik aliran tertinggi yang di capai selama ekspirasi maksimal dan
titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
Meter aliran ekspirasi puncak merupakan
alat yang di pegang tangan sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh
mana jalan napas terbuka. Kerja sama klien sangat penting untuk memastikan
hasil yang akurat.
Pemeriksaan
gas darah arteri . pengukuran gas darah arteri di
lakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan kosentrasi
ion hidrogen. Tekana parsial oksigen dan karbon di oksida, dan saturasi
oksihemoglobin.
Oksimetri . pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat
dilakukan dengan menggunakan oksimetri kutneus . saluran oksigen ( O2 sat )
adalah persantesa hemaglobin yang di
saturasi oksigen. Ke untungan pengukuran oksimetri transkutaneus meliputi mudah di lakukan, tidak invasif, dan
dengan mudah diperoleh ( Whitney, 1990 ). Oksimetri yang paling umum digunakan
adalah oksimeter nadi. Tipe oksimeter ini melaporkan amplitudo nadi dengan data
saturasi oksigen. Nasal probe ( Ahrens dan Rutherford , 1993 ).
Pemeriksaa untuk Mengevaluasi struktur sistem pernapasan.
Pemeriksaan –x pada dada, bronkoskopi,
dan pemindahan paru digunakan untuk memvisuali, sasi struktur sistem
pernapasan.
Bronkoskopi .
bronkoskopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui
brokoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsil dan bronkoskop serat optik yang flaksibel, dan
sempit. Bronkoskopi di lakukan untuk
memperoleh sampel biopsis dan cairan atau benda asing yang menghambat jalan
napas.
2.5.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setiap diagnosa keperawatan harus di dasarkan pada
batasan karakterestik dan melibatkan etiologai terkait. Label dianostik di
validasi dengan menggunakan batasan karekteristik atau tanda dan gejala.
2.5.6 PERENCANAAN
Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien
berikut ini:
1, klien mempertahankan kepatenan jalan napas.
2. klien mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru.
3. klien mengeluarkan sekresi paru.
4. klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas.
5. oksigenasi jaringan dipertahan kan atau ditingkatkan.
6. fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan dipertahankan.
2.5.7 INHALASI
Inhalasi ialah menghirup udara tanpa obat/ uap dengan obat melalui saluran
pernapasan bagian atas. Tujuan inhalasi adalah mengobati peradangan saluran
pernapasan bagian atas, lender menjadi encer dan mudah keluar , selaput lender
menjadi kurang. Inhalasi ada 2 macam yaitu inhalasi uap dan inhalasi zat asam(
oksigen )
Petunjuk:
•
Baca dan pelajari lembar kerja
•
Siapkan alat-alat yang
dibutuhkan dan disusun secara orgonomis
•
Ikuti
petujuk yang ada pada job sheet
•
Bekerja secara hati-hati dan
teliti
Keselamatan kerja
•
Patuhi
prosedur pekerjaan
•
Bertindak
hati-hati pada saat melakukan tindakan
•
Letakan peralatan pada tempat
yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
•
Air
panas jangan sampai tertumpah ke pasien
•
Pasien harus ditunggui dan di
awasi selama perasat.
Peralatan
dan perlengkapan ( inhalansi uap atau dengan obat )
•
Waskom
berisi air mendidih
•
Obat
bila di perlukan
•
Handuk
dua lembar
•
Bengkok
•
Peniti/
penjepitan pakaian
•
Paselin
dengan sudip
•
Kain
kassa
•
Kain
pengalas untuk baskom air panas
•
Alat
tulis/ catatan
Prosedur pelaksanaan
•
Beri tahu pasien tindakan yang
akan dilakukan
•
Pasang
sampiran
•
Siapkan
alat secara argomis
•
Atur posisi pasien, duduk
dengan kaki menjuntai disisi tempat tidur, posisi duduk dengan kaki menjuntai
disisi tempat tidur
•
Tempatkan
meja di depan pasien
•
Cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
•
Oleskan
vaselin disekitar mulut dan hidung pasien dengan vaselin
•
Pasang handuk di daerah dada
dan penitikan di punggung
•
Letakan Waskom berisi air
mendidih diatas meja pasien yang sudah diberi alas
•
Masukkan
obat yang sudah ditentukan ke dalam Waskom
•
Menutup
Waskom dengan handuk sedemikian rupa, sehingga menyerupai corong
•
Hadapkan
mulut dan hidung pasien ke Waskom, dan anjurkan untuk menghirup uap selama
kurang lebih 10-15
•
Bersihkan
perlahan-lahan daerah sekitar mulut dan hidung, bila sudah selesai
•
Rapikan
pasien, bersihkan alat
•
Cuci tangan dengan sabun dan
air yang mengalir , keringkan dengan handuk bersih
•
Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakaukan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH OKSIGENASI
A.
Pengkajian
Pengkajian
keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
B. Riwayat Keperawatan
Riwayat
keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah
pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri,
medikasi, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
1.
Masalah pada
pernapasan (dulu dan sekarang)
2.
Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
(a)
Nyeri
(b)
Paparan lingkungan atau geografi
(c)
Batuk
(d)
Bunyi napas mengi
(e)
Faktor risiko penyakit paru (mis,, perokok
aktif/pasif)
(f)
Frekuensi infeksi pernapasan
(g)
Masalah penyakit paru masa lalu
(h)
Penggunaan obat
3.
Adanya batuk dan penanganan
4.
Kebiasaan merokok
5.
Masalah pada
fungsi sistem kardiovaskular (kelemahan, dispnea)
6.
Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenisasi
(a) Riwayat hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit CVA
(b)
Merokok
(c)
Usia paruh baya atau lanjut
(d)
Obesitas
(e)
Diet tinggi-lemak
(f)
Peningkatan kolesterol
7. Riwayat penggunaan medikasi
8. Shesor yang dialami
9. Status atau kondisi kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Untuk
menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan keempat teknik pemeriksaan
fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1.
Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran
klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada
(kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur toraks;
pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi cian kedalaman pernapasan;
durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis,
adanya deformitas dan jaringan perut pada dada, dll.
2.
Palpasi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan
pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan
“tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instiuksi tersebut secara
tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada
kondisi konsoridasi. Selain itu, patpasi juga dilakukan untuk mengkaji
temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormaritas massa dan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll.
3.
Perkusi. Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran
dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau
udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah
(tangan non-dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari
tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk
tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung
perkusi. Pada penyakit tertentu (mis. Pneumotoraks, emfisema), adanya udara
pada dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan alau bunyi drum.
Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas
area yang mengalami atelektasis.
4.
Auskultasi. Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang
dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada,
intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada
pemeriksaan fisik paru, auskultasi diiakukan untuk mendengarkan bunyi napas
vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi, juga untuk mengetahui
adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan oksigenasi pernapasan
pasien. Beberapa
jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
·
Penilaian
ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dll.
·
Tes struktur
sistem pernapasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
·
Deteksi
abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan: kultur kerongkongan, sputum,
uji kulit, torakentesis.
Penetapan Diagnosis
Menurut
NANDA (2003), diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi
adalah:
·
Ketidak efektifan bersihan jalan napas
·
Ketidak efektifan pola napas
·
Gangguan pertukaran gas
·
Intoleransi aktivitas
C. Perencanaan dan Implementasi
Menurut
NANDA (2003), diagnosis keperawatan untuk klien dengan masalah, oksigenasi
meliputi Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Ketidakefektifan pola napas, Gangguan pertukaran gas, dan Intoleransi aktivitas. Akan tetapi, pada
pembahasan kali ini akan akan diuraikan dua dianosis umum, yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan
Ketidakefektifan pola napas.
Secara umum,
tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas, meningkatan kenyamanan dan kemudahan saat
bernapas, mempertahankan dan meningkat kemampuan ventilasi dan oksigenasi paru,
rneningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta
mencegah berbagai risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi (mis.,
kerusakan jaringan, gangguan keseimbangan asam basa,sinkope, dll)
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Yang
berhubungan dengan:
Y
Sekret yang
berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok,
penyakit jantung atau paru)
Y
Imobilitas,
stasis sekret, danbatuk tak-efektif, sekunder akibat (penyakit pada SSP;
depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y Supresi
refleks batu, sekunder akibat (sebutkan)
Y Efek
trakeostomi (perubahan sekret)
Y
Imobilitas,
sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas, kelemahan; gangguan
persepsi / kognitif)
Y Kelemaban
yang sangat tinggi atau sangat rendah
Y Terpajan
udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok
Kriteria hasil
Individu tidak akan mengalami aspirasi
Indikator
Y Memperlihatkan
upaya batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran gas
Y Menjelaskan
rasional intervensi untuk meningkatkan batuk
Intervensi Umum
Mandiri
Y Kaji faktor
penyebab (mis., batuk tidak efektif, nyeri, sekret yang kental, kelemahan,
dll).
Y Kurangi atau
hilangkan faktor penyebabnya.
Y Ajarkan
klien tentang metode batuk efektif yang benar.
-
Bernapas yang dalam dan pelan sambil meninggikan
badan setinggi mungkin.
-
Gunakan pernapasan diafragma.
-
Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian dengan
perlahan keluarkan melalui mulut semaksimal mungkin (tulang rusuk bawah dan
abdomen harus cekung ke dalam).
-
Ambil napas kedua kali, tahan, keluarkan perlahan,
dan batukkan dengan kekuatan penuh dari dada (bukan dari belakang mulut atau
tenggorokan), lakukan batuk pendek yang kuat sebanyak dua kali.
Y
Lakukan
fisioterapi dada dan drainase postural sesuai kebutuhan.
Y
Jika ada
nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
Y Sesuaikan
pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk (mis., berikan dosis ½ -1
jam sebelum latihan batuk).
Y Tentukan
waktu ketika klien terlihat paling bebas dari rasa nyeri, yakni saat tingkat
kesadaran dan penampilan fisiknya optimal. Saat itu merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan latihan napas dan batuk aktif.
Y Pastikan
bahwa latihan batuk dilakukan pada puncak periode kenyamanan setelah pemberian
analgesik, bukan pada puncak rasa kantuk.
Y Pertahankan
posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
Y Jika sktret
kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatan asupan cairan hingga 2-3 x
sehari jika tidak ada kontraindikasi)
Y Pertahankan
kelembapan udara inspirasi yang adekuat
Y
Jika batuk
kronis, rninimalkan iritan pada udara inspirasi (mis, debu, alergen)
Y Izinkan
klien beristirahat setelah berlatih batuk dan sebelum makan.
Y Berikan
periode istirahat yang tidak terganggu
Y Berikan obat
yang telah diresepkan-depresan batuk, ekspektoran––sesuai instruksi dokter
(tunda pemberian makan dari minum sesaat setelah pemberian obat untuk
mendapatkan hasil yang terbaik).
Y Redakan
iritasi membran mukosa dengan memberikan kelembapan (hirup uap dari shower, atau duduk di atas baskom yang
berisi air yang beruap dengan meletakkan handuk di atas kepala guna
mengencerkan sekret dan rnelegakan membran).
Kolaborasi
Y Kolaborasikan
dengan dokter untuk tindakan suction
guna mempertahankan kepatenan jalan
napas.
Y Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula hidung, dan
transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.
Rasional
Y Batuk yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kelelahan dan tidak efektif, dan bisa
menyebabkan bronkitis.
Y Latihan
napas dalam dapat melebarkan jalan napas, menstimulasi produksi surfaktan, dan
mengembangkan permukaan jaringan paru sehingga meningkatkan pertukaran gas.
Batuk dapat mengencerkan sekret dan mendorongnya ke bronkus untuk dikeluarkan
atau diisap.
Pada
beberapa klien, pernapasan “huffing”
mungkin efektif dan tidak terlalu menyakitkan.
Y
Duduk pada
posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya
pengembangan paru menjadi lebih besar.
Y
Pernapasan
diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Y
Sekret yang
kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan menyebabkan mukus; kondisi
ini dapat menimbulkan atelektasis.
Y Sekret harus
cukup encer agar mudah dikeluarkan.
Y Nyeri atau
rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan. Dukungan emosional
rnenjadi semangat bagi klien; air hangat dapat membantu relaksasi.
2. Ketidak efektifan pola napas
Yang berhubungan dengan:
Y Sekret yang
berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok,
penyakit jantung atau paru)
Y Imobilitas,
stasis sekret, dan batuk tak-efektif, sekunder akibat (penyakit pada SPP;
depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y Supresi
refleks batuk, sekunder akibat (sebutkan)
Y Efek
trakeostomi (perubahan sekret)
Y
Imobilitas,
sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas; kelemahan; gangguan
persepsi/kognitif)
Y Kelembapan
yang sangat tinggi atau sangat rendah
Y Terpajan
udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok
Kriteria hasil
Indikator
Y
Memiliki
frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai dasar (8-24 /menit)
Y
Mengekspresikan
redanya (atau membaiknya) perasaan sesak napas
Y
Menyebutkan
faktor penyebab berikut cara untuk mencegah atau mengatasinya
Intervensi Umum
Y Kaji riwayat
gejala: episode sebelumnya (kapan, dimana, bagaimana, situasinya).
Y Kaji faktor
penyebab (organik, psikologik, emosional, kebiasaan bernapas yang salah.
Y
Jelaskan
penyebab ketidakefektifan pola napas kepada klien.
Y
Jika rasa
takut atau panik merupakan pencetus, singkirkan penyebab ketakutan, jika
memungkinkan.
Y
Alihkan
perhatian klien agar tidak memikirkan kecemasannya dengan meminta klien
mempertahankan kontak mata dengan Anda (atau mungkin dengan orang lain yang dia
percaya).
Y
Pertimbangkan
penggunaan kantong kertas sebagai alat untuk menghirup kembali udara
ekspirasi.(CO2, yang dikeluarkan akan dihirup kembali sehingga akan
memperlambat laju pernapasan)
Y
Yakinkan
klien bahwa dia bisa mengontrol pernapasannya, dan bahwa Anda akan membantunya.
Y
Ajarkan
teknik pengontrolan napas (mis., pernapasan-bibir) atau konsultasikan dengan
ahli terapi pernapasan, untuk memperoleh latihan guna memperbaiki pola napas
yang salah.
Rasional
Y
Intervensi
berfokus pada upaya memperlambat pola pernapasan dan mengajarkan klien untuk
mengontrol responnya.
Y
Menenangkan
klien yang mengalami sesak napas dengan mengatakan bahwa berbagai tindakan
tengah diambil untuk mengatasi situasi tersebut adalah intervensi yang penting
untuk mengurangi kepanikan dan menurunkan gejala yang ada.
Penatalaksanaan Fisioterapi Dada, Drainase Postural, dan Terapi Oksigen
Fisioterapi Dada dan Drainase Postural
Fisioterapi
dada (perkusi, vibrsi) dan drainase postural merupakan serangkaian tindakan
keperawatan yang bertujuan membersihkan dan mempertahankan kepatenan jalan
napas. Dalam pelaksanaannya, tindakan tersebut
dilakukan atas instruksi dokter.
Fisioterapi Dada
Fisioterapi
dada terdiri atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah tindakan
menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang dibentuk
menyerupai mangkuk secara bergantian. Tidakan ini bertujuan melepaskan sumbatan
sekret pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi
adalah serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang
diletakkan mendatar di atas dada klien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
turbulensi udara yang dihembuuskan
sehingga sekret terlepas dari dinding bronkus.
Perlengkapan
§ Bantal untuk
mengatur posisi
§ Baju klien
atau handuk kecil
§ Tempat
sputum dan tisu
Prosedur
§ Jelaskan
tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
§
Bantu klien
mengatur posisi yang nyaman atau sesuai.
§
Tutupi atau
lapisi tubuh kiien dengan baju atau handuk.
§ Anjurkan
klien untuk bernapas dalam dan lambat
§ Kuncupkan
kedua tangan hingga membentuk mangkuk; rapatkan jari-jari dan lemaskan
pergelangan tangan.
§ Tepuk-tepuk
punggung klien mulai dari punggung ke arah bahu. Jika dilakukan dengan benar,
tepukan itu akan berbunyi seperti letupan.
§ Lakukan
selama 3-5 menit; masing-masing segmen paru diperkusi selama 1-2 menit.
§ Anjurkan
klien untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (bentuk
bibir mecucu atau seperti bersiul) secara perlahan.
§
Letakkan
tangan bersilangan atau bersisian pada lokasi paru yang dikehendaki.
§ Getarkan
bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu; lakukan dengan mengerutkan dan
melemaskar tangan secara bergantian saat klien ekshalasi.
§ Lakukan
berturut-turut selama lima
kali ekshalasi.
§ Anjurkan
klien untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah disediakan
§
Jadwalkan
tindakan perkusi dan vibrasi secara teratur dalam sehari.
Drainase Postural
Drainase
postural adalah drainase sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan
gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen paru yang berbeda
dibutuhkan posisi yang berbeda pula. Posisi yang paling sering digunakan pada
prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkan sekret dari segmen bawah paru.
Ini karena segmen atas paru dapat mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan
gaya gravitasi.
Perlengkapan
F Bantal-bantal
untuk mengatur posisi klien
F Tempat
sputum, tissue, obat kumur
Prosedur
F Jelaskan
tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
F
Atur posisi
klien sesuai dengan segmen paru atan bronkus yang terisi sekret.
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru, tempatkan klien pada posisi
semi-Fowler dengan kemiringan 300. Lakukan perkusi dan vibrasi pada
area klavikula dan di atas skapula (bahu).
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen posterior, posisikan klien duduk dengan-kepala
agak menunduk kemudian lakukan perkusi dan vibrasi pada area (bahu).
F Untuk mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus
atas, tempatkan klien pada posisi terlentang. Letakkan bantal di bawah bokong klien dan posisikan
kaki klien fleksi.
F
Untuk
mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru, posisikan klien
terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 150. Pada laki-laki,
lakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan (sebatas puting) antara iqa IV
dan VI. Sedangkan pada perempuan, tempatkan pangkal tangan di aksila dan
jari-jari di bawah mamae.
F
Untuk
mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral, posisikan pasien miring dan
tinggikan bagian kaki tempat tidur pada sudut 300-400.
Lakukan perkusi dan vibrasi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
F
Untuk
mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal pos terior, tempatkan klien
pada posisi tengkurap dan tinggikan bagian kaki tempat tidur 45 cm. Ganjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3
bantal sehingga posisi klien seperti jackknife. Lakukan perkusi dan vibrasi
pada segmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan di atas spinal atau
ginjal.
F
Untuk
mengeluarkan-cairan dari segmen basal anterior, tinggikan kaki tempat tidur pada sudut 300-400.
Miringkan tubuh pasien pada sisi yang
sehat; lengan bagian atas dapat dinaikkan atau diletakkan di atas
kepala, dan di antara kaki dapat diletakkan bantal.
F
Untuk
mengeluarkan cairan pada segmen superior paru, tempatkan klien pada posisi
tengkurap. Tempatkan dua buah bantal di bawah panggul. Perkusi dan vibrasi area
tengah punggung, di bawah skapula di sisi vertebra.
Terapi Oksigen
Terapi
oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area paru, pasien dengan gangguan
pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan
terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen
tersedia bati klien diberbagai kondisi. Pilihan tersebut bergantung pada
kebutuhan oksigen klien, kenyamanan, dan tingkat perkembangannya. Suplai
oksigen sendiri juga diberikan dalam beberapa cara. Disejumlah rumah sakit atau
fasilitas perawatan jangka panjang, suplai oksigen disalurkan melalui pipa
panjang yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di samping
tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi oksigen
langsung pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harss diperhatikan saat memberikan terapi oksigen adalah
tindakan pengamanan (safety pre caution)
guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa
upaya pengamanan tersebut antara lain:
§ Hindari
menyalakan api di sekitar sumber oksigen karena dapat meledak.
§ Beritahu
klien atau pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber tersebut
§ Lakukan
pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel di ruangan tersebut.
Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik
§
Hindari
menggunakan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis.
§ Hindari
menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen.
Penatalaksanaan
Sumber oksigen
Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen
dinding dan tabung oksigen.
1.
Sumber dinding. Penatalaksanaan pemberian okisigen
melalui sumber dinding meliputi:
§
Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen; gunakan
tekanan yang tidak terlalu kuat.
§ Isi botol
dengan air steril, pasang pada flowmeter,
dan atur aliran flowmeter
§
Pasangkan
alat yang akan digunakan pada slang atau saluran oksigen.
2.
Tabung. Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui
tabung meliputi:
§ Lepas tutup
pelindung tabung.
§ Putar keran
tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu
dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan dengan hati-hati
sebab tindakan tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras (meretakkan
silinder).
§ Sambungkan flowmeter dengan outlef silinder,
kencangkan dengan kunci inggris atau atau tang.
§
Letakkan
tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh,
lalu kembalikan atan tutup sampai seperempatnya.
§ Atur
flowmeter sesuai dengan kebutuhan (instruksi dokter)
§
Isi botol
pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
§ Sambungkan
saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.
Pemberian terapi
oksigen
Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui
beberapa cara, seperti kanula hidung, masker, transtrakea, dll.
1.
Kanula hidung. Pemberian oksigen melalui kanula
hidung dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
Perlengkapan
§ Set
perlengkapan oksigen
§ Flowmeter
§ Suplai
oksigen
§ Kanula
hidung dan slang oksigen
§ Plester jika
perlu
Prosedur
§
Jelaskan
tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien.
§ Cuci tangan.
§ Sambungkan
kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmeter.
§ Cek apakah
oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul gelembung pada humidifier,
atau apakah slang oksigen terlipat.
§ Letakkan
cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur slang dengan cara
melingkarkannya di kepala atau menyelipkannya pada daun telinga.
§ Anjurkan
klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
§ Cuci tangan.
§
Catat
respons kiien pada catatan perawatan.
§ Angkat dan
bersihkan slang dan lubang hidung setiap 8 jam.
2.
Masker. Pemberian oksigen melalui masker dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
Perlengkapan
§ Suplai oksigen
dan flowmeter
§ Humidifier
dan air suling
§ Masker yang
akan digunakan
§ Bantalan
elastis
Prosedur
§
Jelaskan
tujuan dan prosedur permasahan masker kepada klien.
§ Cuci tangan.
§ Sambungkan
masker dengan set oksigen.
§ Letakkan
masker pada wajah, di atas hidung dan mulut. Gunakan tali elastis agar masker
tidak lepas.
§
Gunakan
bantaan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang kepala.
§ Cuci tangan.
§ Jika oksigen
diberikan terus-menerus, lepaskan masker dan keringkan kulit setiap 2-3 jam.
§ Kaji atau
observasi respons klien terhadap pemberian terapi oksigen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
makalah ini ada 2 yaitu:
1. Oksigen (
) merupakan
gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi dan air,
akan tetapi penambahan
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
2. Pernapasan
atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
.fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh
agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan
mengeluarkan
yang dihasilkan oleh sel.saat bernapas ,tubuh
mengambil
dari lingkungan untuk kemudian diangkut
keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran
.selanjutnya ,sisa pembakaran berupa
akan kembali di angkut oleh darah ke paru
paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.
3.2 Saran
Penulis
menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam menjalankan
tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang idela dan bertanggung jawab.
Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan keperawatan yang
diberikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika
Potter&perry.2005. Konsep Keperawatan dan
Fundemental. Edisi 4. Jakarta : EGC
Potter&perry.2005. Konsep Keperawatan dan
Fundemental. Edisi 5. Jakarta : EGC
Wartona
tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia dan proses keperaw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar