Rabu, 17 Juli 2013

KONSEP ASKEP PD PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN


DISUSUN OLEH :
1.Agustina
2.M.nova rinaldo
3.Very Julius wijaya
                                                                 
Dosen pembimbng :Reny triwijayanti S.kep Ns.

PROGRAM STUDY DIII. KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012









daftar isi 
Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB.I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................ 1
1.2   Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3   Tujuan Penulisan............................................................................ 3
1.4  Metode Penulisan............................................................................ 3
BAB.II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi.......................................................................................... 4
2.2 Konsep dasar oksigenasi................................................................ 4
2.3 Anatomi sistem pernapasan............................................................ 5
2.4Fisiologi sistem pernapasan ............................................................ 6
2.5Faktor yang pengaruh sistem pernapasan........................................ 7
2.6 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Spiritual............... 9
BAB.III. PENUTUP
            3.1 Kesimpulan..................................................................................... 14
            3.2 Saran............................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................. 16
iii
Lembar konsultasi............................................................................................ 17


KATA PENGANTAR
 



Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul  Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen (o2)
Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kehilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini, akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan  serta bagi kita semua, Amin.
Palembang,                       Maret 2012

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
                        Oksigenasi adalah proses penambahan  ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigen ( ) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi dan air, akan tetapi penambahan  yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.(Aziz ,Alimul,H,2006)
                        Berdasarkan pendapat  yang dikemukakan oleh Hidayat (2005) yaitu Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh   agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan   yang dihasilkan oleh sel. saat bernapas ,tubuh mengambil  dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran . selanjutnya ,sisa pembakaran berupa   akan kembali di angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.




1.2 Rumusan Masalah                                                                                             
                        Adapun rumusan masalah yang penulis buat yaitu:
A.    Mahasiswa tidak mengetahui pengertian pemberian oksigen?
B.     Mahasiswa tidak mengetahui fungsi pernapasan?
C.     Mahasiswa tidak mengetahui faktor yang mempengaruhi pernapasan?
D.    Mahasiswa tidak mengetahui proses keperawatan dan oksigenisasi?
E.     Mahasiswa tidak mengetahui jenis-jenis pemeriksaan pada pernapasann?
F.      Mahasiswa belum mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan oksigen (o2)?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
A.    Mahasiswa mengetahui pengertian pemberian oksigen.
B.     Mahasiswa mengetahui fungsi pernapasan.
C.     Mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi pernapasan.
D.    Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pemeriksaan pada pernapasan.    
E.     Mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan oksigen (o2).





1.4  Metode Penulisan
                        Metode penulisan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan melakukan study pustaka yang artinya penulis mengunjungi perpustakaan yang ada diSTIKES Muhammadiyah Palembang. Untuk mencari berbagai referensi untuk melengkapi data dalam membuat makalah  ini.


  
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Oksigenasi
2.1.1 Pengertian
                        Oksigenasi adalah proses penambahan  ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen ( ) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses metabolisme sel.sebagai hasilnya ,terbentuklah karbon dioksida ,energi dan air .akan tetapi penambahan  yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Aziz, Alumul. H, 2006).
                        Oksigen O2 Adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk      mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh . secara normal elemen ini diproleh           dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas .(tarwoto, wartonah 2003).
2.1.2 Fungsi pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh   agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan   yang dihasilkan oleh sel.saat bernapas ,tubuh mengambil  dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran .selanjutnya ,sisa pembakaran berupa   akan kembali di angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.
2.1.3 Kebutuhan oksigen
Kapasitas (daya muat)udara dalam paru paru adalah 4.500-5.000ml (4,5-51) udara yang diproses dalam paru paru hanya sekitar 10%(500ml),yakni yang dihirup (inspirasi)dan yang dihembuskan (ekspirasi)pada pernapasan biasa.                                                                                                   Gambar I.



2.2 Anatomi–fisiologi sistem pernapasan
2.2.1 Struktur sistem pernapasan
A. Sistem pernapasan atas
Sistem pernapsan atas terdiri atas mulut ,hidung,faring,dan laring:
Ø  Hidung , pada hidung ,udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan ,,humidifikasi,dan penghangatan .
Ø  Faring, faring merupakn saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan .faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan memghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara .
Ø  Laring. Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun .selain berperan dalam menghasilkan suara,laring juga berpungsi mempertahankan kepaten jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang             Gambar system pernafasan bagian atas



B. Sistem pernapasan bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru paru yang dilengkapi dengan bronkus ,bronkiolus ,alveolus ,jaringan kapiler ,dan membrane pleura:
Ø  Trakea.trakea merupakan pipa membrane yang disokong oleh cincin cincin kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri.didalam paru,bbronkus utama terbagi menjadi bronkus bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal.keseluruhan jalan napas tersebut membebtuk pohon bronkus .
Ø  Paru.paru paru ada 2 buah ,terletak disebelah kanan dan kiri .masing masing paru trdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus)dan dipasok oleh satu bronkus .jaringan paru sendiri terdiri dari atas serangkaian jalan napas yang bercabang cabang ,yaitu alveoulus ,pembuluh darah paru ,dan jaringan ikat elastis .permukan luar paru di lapisi oleh kantong tertutup berdinding ganda yang disebut pleura .peura parietal membatasi toraks dan permukaan diafargma ,sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru .di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsu sebagai pelumas guan mencegah friksi selama
Ø  gambar Sistem pernafasan bagian bawah.

2.2.2 Fisiologi pernapasan
A. Pernapasan eksternal:
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner )mengacu pada keseluruhan proses pertukaran  dan   antara lingkungan eksternal dan sel tubuh ,secra umum ,proses ini berlangsung dalam tiga langkah yakni ventilasi pulmoner pertukaran gas alveolar ,serta transport oksigen dan karbon dioksida .(Sayfudin. 2006.)
  1. ventilasi pulmoner . saat bernapas ,udara bergantian masuk keluar paru eksternal dan alveoulus .proses ventilasi ini berpengaruh oleh beberapa factor yaitu jalan napas yang bersih ,sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh ,ronga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik ,serta komplians paru yang adekuat .
  2. pertuakaran gas alveolar .setelah oksigen memasuki alveolus ke pembuluh darah pulmoner.difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan rendah .proses ini berlangsung di alveolus dan membrane kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membrane setra perbedaan tekanan gas .
  3. transport oksigen dan karbon dioksida .tahap ketiga pada oroses pernapasan adalah transport gas gas pernapasan .pada proses ini ,oksigen di angkut dari paru menuju jaringan kembali menuju paru .
    1. tranver   proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru normalnya sebagian besar oksigen 97% berikatan lemah dengan hemoglobin dan di angkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemoglobin ( ) dan sisanya terlarut dalam pelasma.proses ini di pengaruhi oleh pentilasi(jumlah yang masuk dalam paru)dan perpusi(aliran darah ke paru dan jaringan).kapasitas darah yang menbawa oksigen di pengaruhioleh jumlah  dalam plasma,jumlah hemoglobin(Hb)dan ikatan  Hb
    2. transver  karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus di produksi dan di angkut menuju paru dalam 3 cara;(1) sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat.(2) sebanyak (23%)karbondioksida berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin.(3)sebanyak(7%)diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dan dalam bentuk asam karbonat
B. Pernapasan internal
pernapasan internal (pernapasan jaringan)mengacu pada proses meatbolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria yang menggunakan  dan menghasilkan   selama proses penyerapan inergi molekul nutrient.pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen di bawa ke seluruh tubuh hinga mencapai kapiler sistemik .selanjutnya menjadi pertukaran  dan  antar kapiler sistematik dan sel jaringan .seperti di kapiler paru,pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.(Sayfuddin.2006.)
2.2.3 Fisiologi kardiovaskuler
fungsi sistem jantung ialah mengantarkan oksigen,nutrient dan substansi lain ke jaringan dan membuang produk metabolisme selular melalui pompa jantung. Sistem paskuler sirkulasi dan integrasi sistem lainnya. (misalnya. Sistem pernapasn, pencernaan, dan ginjal). (mccance dan huether,1994)
A. Struktur dan fungsi
pentrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonary,sedangkan pentrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistematik yang menyediakan oksigen dan nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh.siste sirkulasi men suplai gas pernapasan nutrient dan produk sampah antara darah dan jaringan.
B. Pompa miokard
  • kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen.efektipitas pompa yang menurun seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner(coronary arteri disease,CAD) dan kondisi kardiomiopati menyebabkan volume curah jantung menurun,volume darah yang dikeluarkan dari penntrikel menurun.pendarahan dan dehidrasi menurunkan keefektipan pompa dengan menurunkan volume darah yang bersikulasi sehingga menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan dari pentrikel.
  • Serabut otot jantung (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan merenggang selama proses pengisian darah.pada jantung yang sehat,regangan ini secara proposional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard merenggang maka kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat.peristiwa ini dikenal dengan hukum jantung frank-starling (starling).

C. Aliran darah miokard
Untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat kesirkulasi pulmonary dan sirkulasi sistemik maka aliran darah miokard harus menyuplai oksigen dan nutrient yang cukup untuk miokardium itu sendiri.aliran darah satu arah melalui jantung dipastikan oleh 4 katup jantung.selam adiastol pentrikular, katup atrio penntrikular (mitral dan trikuspit) terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih tinggi kedalam pentrikel yang relaksasi.
D. Sirkulasi arteri koroner
Aliran darah melalui atrium dan ventrikel tidak menyulai oksigen dan nutrient untuk miokardium itu sendiri.sirkulasi koroner merupakan cabang sirkulasi sistemik yang menyuuplai oksigen dan nutrien ke miokardium dan membuang sampah dari miokardium.arteri inin muncul dari aorta tepat diatas dan dibelakang katup aorta melalui muara, yang disebut ostium koroner.
E. Sirkulasi sistematik
Arteri dan vena sirkulasi sistematik mengantarkan nutrien dan oksigen ke jaringan dan membuang sampah dari jaringan. Darah yang mengandung oksigen mengalir dari ventrikel kiri melalui aorta dan kedalam sistematik yang besar. Arteri ini bercabang ke dalam arteri-arteri yang lebih kecil, arteriol, dan akhirnya kedalam pembuluh darah yang kecil, yang disebut kapiler. Di tingkat kapiler terjadi pertukaran gaspernapasan, nutrient dan sampah serta jaringan dioksigenasi. Produk sampah yang keluar dari jaringan kapiler melalui venula yang bergabung membentuk vena.
Vena-vena ini membentuk vena yang lebih besar, yang membawa darah yang tidak mengandung oksigen ke sisi kanan jantung, tempat darah itu dikembalikan ke sirkulasi pulmonary.

F. Pengaturan Aliran Darah
Jumlah darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri setiap menit disebut curah jantung. Curah jantung normal adalah 4 sampai 6 liter per menit pada orang dewasa yang sehat dengan berat badan 70 kg saat beristrahat. Volume darah yang bersirkulasi berubah sesuai kebutuhan oksigen dan metabolic tubuh. Misalnya, selama latihan, kehamilan, dan demam, curah jantung meningkat, tetapi selama tidur curah jantung menurun. Curah jantung disajikan dengan rumus berikut:
Curah jantung ( CJ ) = volume sekuncup (Vs) x frekuensi denyut jantung (FDJ).
Curah jantung pada lansia dapat dipengaruhi tegangan dinding arteri yang meningkat dan hipertrofi miokard yang sedang akibat peningkatan tekanan darah sistolik.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan
2.3.1 Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya:
·         Penurunan kapasitas angkut  secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa  kejaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan .
·         konsentrasi  Inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaanalat Penurunan terapi pernafasan dan penurunan kadar lingkungan.
·         Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misl,pada penderita syok atau dehidrasi berat).
·         Peningkatan laju metabolic. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus mengakibatkan laju metabolic. Akibatnya tubuh memecahkan persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
·         Kondisi lainnya. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dada seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas, musculoskeletal (misl, micusekscapatum, dan kiposis), trauma, penyakit otot, penyekit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat, dan penyakit kronis.

2.3.2 Status kesehatan
pada orang kesehatan yang sehat ,sistem pernapasan dapat menyediakan  kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh .akan tetapi,pade kondisi sakit tertentu ,proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengangu pemenuhan kebutuhan oksigen .kondisi tersebut antara lain ganguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskuler ,penyakit kronis ,penyakit obsturksi pernapasan atas, dll.
2.3.3 Perkembangan
Tingkat perkembnagn menjadi salah satu factor penting yang memengaruhi sistem pernapsan individu:
  • Bayi prematur .bayi yang lahir premature berisiko menderita penyakit membrane hialin yang di tandai dengan berkembangnya membrane serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan .
  • Bayi dan anak anak .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas atas ,seperti faringitis ,influenza ,tonsillitis,dan aspirasi benda asing
  • Anak usia sekolah dan remaja .kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk ,seperti merokok.
  • Dewasa muda dan paruh baya .kondisi sters,kebiasaan merokok ,diet yang tidak sehat ,kurang berolahraga merupakan factor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
  • Lansia.proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal pernapasan ,seperti penurunan elastisitas paru,pelebaran alveolus ,dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar o2

2.3.4 FaKtor perilaku
Perilaku seharian dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasanya.status nutrisi,gaya hidup,kebiasaan berolahraga ,kondisi emosional,dan pengunaan kebutuhan oksigen tubuh.
v  Nutrisi.kondisi berat badan berlebihan (obesitas)dapat menghambat ekspansi paru,sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan .
v  Olah raga.latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolic,denyut jantung ,dan kedalam serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen .
v  Ketergantungan zat adiktif .pengunaan alcohol dan obat obatan yang berlebihan dapat mengangu proses oksigenasi .hal ini terjadi karena :
1.      alcohol dan obat obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan .
2.      pengunaan narkotika dan analgesic ,terutama morfin dan mrperidin ,dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernapasan .
v  emosi.perasaan takut ,cemas dan marah yang tidak terkontrol akaan merangsang aktivitas saraf simpatis .kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat .
v  gaya hidup .kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemunuhan kebutuhan oksigen seseorang .merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung .

2.3.5 Lingkungan
kondisi lingkungan ,seperti ketinggian ,suhu,serta polusi udara dapat memengaruhi proses oksigenasi:
ü  suhu.faktor suhu (panas atau dingin)dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan hb dan o2.dengan kata lain ,suhu lingkungan juga bias memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang .
ü  ketinggian.pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunaan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun .akibatnya,orang yang tinggal di datran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
ü  Polusi .polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepal,pusing ,batuk, tersedak,dan berbagai ganguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya

2.2.4 Ganguan pada fungsi pernapasan
2.4.1 Perubahan pola pernapasan
Perubahan pola pernapasan yang umum terjadi adalah takipnea,bradipnea,napas kussmaul,hipoventilasi,dispnea dan orthopnea:
  • Takipnea:prekuensi pernapasan yang cepat.
  • Bradipnea:frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal .
  • Apnea:henti napas
  • Hiperventilasi:peningkatan jumlah udara yang memasuki paru .
  • Hipoventilasi:penurunan jumlah udara yang memasuki paru paru
  • Pernapasan kussmaul:salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
  • Orthopnea :ketidakmapuan untuk bernapas ,kecuali dalam posisi tegak atau berdiri
  • Dispnea:kesulitan atau ketidaknyamanaan saat bernapas .

2.4.2 Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kadr oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau peningkataan o2 pada tinggakt sel.kondisi ini ditandai dengan kelehan,kecemasan ,pusing,penurunaan tingkat kesadaran ,penurunan kosentrasi, kelemahan, peningkatan tanda tanda vital distritmia, pucat, soanosis, clubbing, dan dispnea.
2.4.3 Obstruksi jalan napaas
Obstruksi jalan napas ,baik total maupunsebagian ,dapat terjadi disluruh tempat di sepanjang jalan napa atas atau naps bawh .obstruksi pada jalan naps atas(hidung,faring,laring)dapat disebabkan benda asing seperti, makanan akumulasi secret, atau oleh lidah yang menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar.

2.2.4PEMERIKSAAN PERNAFASAN
Pengertian :
Merupakan pemeriksaan yang di lakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondiogsida.
Tujuan :
a.       Untuk menilai frekuensi
b.      Irama
c.       Kedalaman
d.      Tipe dan pola nafas
POLA PERNAFASAN
a.       Dispnea         : susah bernafas yang menunjukan adanya retaksi
b.    Bradifnea         : frekuensi pernafasan lambat yang abnormal
c.     Takifnea          : pernafasan cepat yang abnormal
d.    Hiperepnea      : pernafasan cepat dan dalam
e.     Apnea              : tidak ada pernapasan
f.     Cheyne Stokes             : periode pernafasan cepat dalam  yang berganti dengan priode apnea                                                    ,umumnya pada bayi dan anak selama tidur nyenyak ,depresi dan kerusakan                                        otak .
g.     Kusmaul          :nafas dalam yang abnormal bias cepat ,normal atau lambat .umumnya pada                                         asodosis metabolism
h.    Biot                  : Nafas tidak teratur ,menunjukan adanya kerusakan otak bagian atas bawah                                           dan depresi pernafasan  .

NAFAS NORMAL .
A.     Bayi baru lahir                         : 35-40 x/menit
B.     Bayi 6 bulan                 : 30 -50 x/ menit
C.     Todder (2 tahun )         :25-32  X/menit
D.     Anak –anak                  :20-0 X/Menit
E.      Remaja                         :16-19 X/menit
F.      Dewasa                         :12-20 X/menit


2.5.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di lakukan untuk mengkaji tingkat oksigenesi jaringan klien yang meliputi evaluasi  keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.
A. INSPEKSI
Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi, dan auskultasi.
B. PALPASI
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumblah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengindentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada ( thrill ), angkatan dada (heaves ), dan titik impuls jantung maksimal.
C. PERRKUSI
Adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara. Cairan, atau benda padat di jarinagan yang berada di bawah objek tersebut ( Malasanos, Barkaukas, dan Stoltenberg-Allen, 1190 ). Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang di ketuk dengan kedalaman  4 sampai 6 cm (seidel dkk: 1995 ). Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar, dan timpani.
D. AUSKULTASI
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun tidak normal.Auskultasi sistem kardiovaskular harus meliputi pengkjian, dalam mendeteksi bunyi s dan s normal, mendeteksi adanya bunyi s dan s yang tidak normal, dan bunyi murmur, serta bunyi gesekan.Auskultasi bunyi paru di lakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru: anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru atau terjadi obstruksi.

2.5.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaa untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung. Pemeriksaan yang di lakukan untuk menentukan konduksi jantung mencakup pemeriksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan stres latihan. Dan pemeriksaan elektrofisiolgi.                            
             Monitor holter. Monitor holter merupakan peralatan yang dapat di bawa ( portabel ) dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang terus-menerus selama periode tertentu. Misalnya selama 12 jam atau lebih lama. Monitor  holter memungkinkan klien untuk tetap melakukan aktivitas listrik jantung mereka di rekam.
Elektrokardiogram .elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung ( aksis jantung ).
Pemeriksaan stres latihan ,pemeriksaam stres latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung terhadap stres fisik.pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respons miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner. Dan waktu penyembuhan jantung di cerminkan di hasil EKG ( Canobbia, 1990 ).
Pemeriksaan elektrofisiologis . pemeriksaan elektrofisiologis ( PEF ), merupakan pengukuran invasif aktivitas listrik kateter elektroda diinsersi ke dalam atrium kanan, biasanya melalui vena femoral.stimulasi listrik kemudian di hantarkan melalui kateter sementara monitor dan komputer EKG merekam respon listrik jantung terhadap stimulus.
Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi Miokrad dan Aliran darah . ekokardiografi , skintigrafi, kateterisasi, dan angiogrfi digunakan untuk menentukan kontraksi miokrad dan aliran darah.
Ekokardiografi . ekokardiografi merupakan pengukuran moninvasif untuk mngevaluasi struktur internal jantung dan gerakan dinding jantung. Ekokardiogram secara grafik mendemotrasikan keseluruhan tampilan jantng.
Skintingrafi . skintingrafi atau angiografi radionuklida merupakan tehnik moninvasif yang menggunakan radio isotop untuk mngevaluasi struktur jantung , perfusi miokrad, dan kontraktilitas ( Canobbio, 1990 ).
Kateterisasi jantung  dan angiografi. Kateterisasi jantung dan angiografi adalah prosedur invasif yang di gunakan untuk memvisualisasi ruang-ruang jantung, katup, pembuluh-pembuluh darah besar, dan arteri koroner, serta mengukur tekanan dan volume di dalam empat ruang. Katetersi jantung, yang dilakukan untuk tujuan diagnostik, biasany dilakukan sebagai tindakan rawat jalan. Klien dapat pulang hanya dalam waktu 6 sampai 8 jam setelah prosedur. Komplikasi yang berhubungan dengan prosedur jantung meliputi distimia, perdarahan pada lokasi pungsi, hematoma, dan stroke.
Pemeriksaan untuk Mengukur Keadekuatan Ventilasi dan Oksigen. Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan hitung darah lengkap digunakan untuk mengkaji keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
Pemeriksaan fungsi paru,  pemeriksaan paru menentukan kemampuan paru paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di laboraterium fungsi pulmonar. Sebuah klip hidung mencegah klien menghirup udara atau mengeluarkan udara melalui hidung. Klien bernapas melalui masker mulut yg di hubungkan ke spirometer, yang berfungsi untuk mengukur volume paru.
Kecepatan aliran ekspirasi puncak, kecepatan aliran ekspirasi puncak ( peak expyratory flow rate [ PEFR ] )adalah titik aliran tertinggi yang di capai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar. Meter aliran ekspirasi puncak merupakan alat yang di pegang tangan sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh mana jalan napas terbuka. Kerja sama klien sangat penting untuk memastikan hasil yang akurat.
Pemeriksaan gas darah arteri . pengukuran gas darah arteri di lakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi paru untuk menentukan kosentrasi ion hidrogen. Tekana parsial oksigen dan karbon di oksida, dan saturasi oksihemoglobin.
Oksimetri . pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri kutneus . saluran oksigen ( O2 sat ) adalah  persantesa hemaglobin yang di saturasi oksigen. Ke untungan pengukuran oksimetri transkutaneus  meliputi mudah di lakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh ( Whitney, 1990 ). Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Tipe oksimeter ini melaporkan amplitudo nadi dengan data saturasi oksigen. Nasal probe  ( Ahrens dan Rutherford , 1993 ).
Pemeriksaa  untuk Mengevaluasi struktur sistem  pernapasan. Pemeriksaan –x pada  dada, bronkoskopi, dan pemindahan paru digunakan untuk memvisuali, sasi struktur sistem pernapasan.
Bronkoskopi . bronkoskopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui brokoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsil dan  bronkoskop serat optik yang flaksibel, dan sempit.  Bronkoskopi di lakukan untuk memperoleh sampel biopsis dan cairan atau benda asing yang menghambat jalan napas.
2.5.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setiap diagnosa keperawatan harus di dasarkan pada batasan karakterestik dan melibatkan etiologai terkait. Label dianostik di validasi dengan menggunakan batasan karekteristik atau tanda dan gejala.
2.5.6 PERENCANAAN
Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut ini:
1, klien mempertahankan kepatenan jalan napas.
2. klien mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru.
3. klien mengeluarkan sekresi paru.
4. klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas.
5. oksigenasi jaringan dipertahan kan atau ditingkatkan.
6. fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan dipertahankan.

2.5.7 INHALASI
Inhalasi ialah menghirup udara tanpa obat/ uap dengan obat melalui saluran pernapasan bagian atas. Tujuan inhalasi adalah mengobati peradangan saluran pernapasan bagian atas, lender menjadi encer dan mudah keluar , selaput lender menjadi kurang. Inhalasi ada 2 macam yaitu inhalasi uap dan inhalasi zat asam( oksigen )
Petunjuk:
         Baca dan pelajari lembar kerja
         Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan disusun secara orgonomis
         Ikuti petujuk yang ada pada job sheet
         Bekerja secara hati-hati dan teliti
Keselamatan kerja
         Patuhi prosedur pekerjaan
         Bertindak hati-hati pada saat melakukan tindakan
         Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
         Air panas jangan sampai tertumpah ke pasien
         Pasien harus ditunggui dan di awasi selama perasat.
Peralatan dan perlengkapan ( inhalansi uap atau dengan obat )
         Waskom berisi air mendidih
         Obat bila di perlukan
         Handuk dua lembar
         Bengkok
         Peniti/ penjepitan pakaian
         Paselin dengan sudip
         Kain kassa
         Kain pengalas untuk baskom air panas
         Alat tulis/ catatan
Prosedur pelaksanaan
         Beri tahu pasien tindakan yang akan dilakukan
         Pasang sampiran
         Siapkan alat secara argomis
         Atur posisi pasien, duduk dengan kaki menjuntai disisi tempat tidur, posisi duduk dengan kaki menjuntai disisi tempat tidur
         Tempatkan meja di depan pasien
         Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
         Oleskan vaselin disekitar mulut dan hidung pasien dengan vaselin
         Pasang handuk di daerah dada dan penitikan di punggung
         Letakan Waskom berisi air mendidih diatas meja pasien yang sudah diberi alas
         Masukkan obat yang sudah ditentukan ke dalam Waskom
         Menutup Waskom dengan handuk sedemikian rupa, sehingga menyerupai corong
         Hadapkan mulut dan hidung pasien ke Waskom, dan anjurkan untuk menghirup uap selama kurang lebih 10-15
         Bersihkan perlahan-lahan daerah sekitar mulut dan hidung, bila sudah selesai
         Rapikan pasien, bersihkan alat
         Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir , keringkan dengan handuk bersih
         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakaukan. 


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH OKSIGENASI

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
B. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, medikasi, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
1.        Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
2.        Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
(a)      Nyeri
(b)      Paparan lingkungan atau geografi
(c)      Batuk
(d)      Bunyi napas mengi
(e)      Faktor risiko penyakit paru (mis,, perokok aktif/pasif)
(f)       Frekuensi infeksi pernapasan
(g)      Masalah penyakit paru masa lalu
(h)      Penggunaan obat
3.        Adanya batuk dan penanganan
4.        Kebiasaan merokok
5.        Masalah pada fungsi sistem kardiovaskular (kelemahan, dispnea)
6.        Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenisasi
(a)   Riwayat hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit CVA
(b) Merokok
(c) Usia paruh baya atau lanjut
(d) Obesitas
(e) Diet tinggi-lemak
(f) Peningkatan kolesterol
7.    Riwayat penggunaan medikasi
8.    Shesor yang dialami
9.    Status atau kondisi kesehatan

Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai status oksigenasi klien, perawat menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1.        Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur toraks; pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi cian kedalaman pernapasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan perut pada dada, dll.
2.        Palpasi. Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instiuksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada kondisi konsoridasi. Selain itu, patpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormaritas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll.
3.        Perkusi. Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu (mis. Pneumotoraks, emfisema), adanya udara pada dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan alau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
4.        Auskultasi. Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi diiakukan untuk mendengarkan bunyi napas vesikular, bronkial,  bronkovesikular, rales, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya.



Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
·           Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dll.
·           Tes struktur sistem pernapasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
·           Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan: kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.

Penetapan Diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah:
·           Ketidak efektifan bersihan jalan napas
·           Ketidak efektifan pola napas
·           Gangguan pertukaran gas
·           Intoleransi aktivitas

C. Perencanaan dan Implementasi
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan untuk klien dengan masalah, oksigenasi meliputi Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Ketidakefektifan pola napas, Gangguan pertukaran gas, dan Intoleransi aktivitas. Akan tetapi, pada pembahasan kali ini akan akan diuraikan dua dianosis umum, yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan Ketidakefektifan pola napas.
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, meningkatan kenyamanan dan kemudahan saat bernapas, mempertahankan dan meningkat kemampuan ventilasi dan oksigenasi paru, rneningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta mencegah berbagai risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi (mis., kerusakan jaringan, gangguan keseimbangan asam basa,sinkope, dll)
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Yang berhubungan dengan:
Y  Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru)
Y  Imobilitas, stasis sekret, danbatuk tak-efektif, sekunder akibat (penyakit pada SSP; depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y  Supresi refleks batu, sekunder akibat (sebutkan)
Y  Efek trakeostomi (perubahan sekret)
Y  Imobilitas, sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas, kelemahan; gangguan persepsi / kognitif)
Y  Kelemaban yang sangat tinggi atau sangat rendah
Y  Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok

Kriteria hasil
Individu tidak akan mengalami aspirasi

Indikator
Y Memperlihatkan upaya batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran gas
Y Menjelaskan rasional intervensi untuk meningkatkan batuk

Intervensi Umum
Mandiri
Y Kaji faktor penyebab (mis., batuk tidak efektif, nyeri, sekret yang kental, kelemahan, dll).
Y Kurangi atau hilangkan faktor penyebabnya.
Y Ajarkan klien tentang metode batuk efektif yang benar.
-       Bernapas yang dalam dan pelan sambil meninggikan badan setinggi mungkin.
-       Gunakan pernapasan diafragma.
-       Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian dengan perlahan keluarkan melalui mulut semaksimal mungkin (tulang rusuk bawah dan abdomen harus cekung ke dalam).
-       Ambil napas kedua kali, tahan, keluarkan perlahan, dan batukkan dengan kekuatan penuh dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorokan), lakukan batuk pendek yang kuat sebanyak dua kali.
Y Lakukan fisioterapi dada dan drainase postural sesuai kebutuhan.
Y Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
Y Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk (mis., berikan dosis ½ -1 jam sebelum latihan batuk).
Y Tentukan waktu ketika klien terlihat paling bebas dari rasa nyeri, yakni saat tingkat kesadaran dan penampilan fisiknya optimal. Saat itu merupakan waktu yang tepat untuk melakukan latihan napas dan batuk aktif.
Y Pastikan bahwa latihan batuk dilakukan pada puncak periode kenyamanan setelah pemberian analgesik, bukan pada puncak rasa kantuk.
Y Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
Y Jika sktret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatan asupan cairan hingga 2-3 x sehari jika tidak ada kontraindikasi)
Y Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat
Y Jika batuk kronis, rninimalkan iritan pada udara inspirasi (mis, debu, alergen)
Y Izinkan klien beristirahat setelah berlatih batuk dan sebelum makan.
Y Berikan periode istirahat yang tidak terganggu
Y Berikan obat yang telah diresepkan-depresan batuk, ekspektoran––sesuai instruksi dokter (tunda pemberian makan dari minum sesaat setelah pemberian obat untuk mendapatkan hasil yang terbaik).
Y Redakan iritasi membran mukosa dengan memberikan kelembapan (hirup uap dari shower, atau duduk di atas baskom yang berisi air yang beruap dengan meletakkan handuk di atas kepala guna mengencerkan sekret dan rnelegakan membran).
Kolaborasi
Y Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna mempertahankan  kepatenan jalan napas.
Y Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula hidung, dan transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.

Rasional
Y Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelelahan dan tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronkitis.
Y Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas, menstimulasi produksi surfaktan, dan mengembangkan permukaan jaringan paru sehingga meningkatkan pertukaran gas. Batuk dapat mengencerkan sekret dan mendorongnya ke bronkus untuk dikeluarkan atau diisap.
Pada beberapa klien, pernapasan “huffing” mungkin efektif dan tidak terlalu menyakitkan.
Y Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar.
Y Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi alveolar.
Y Sekret yang kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan menyebabkan mukus; kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.
Y Sekret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
Y Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan menyakitkan. Dukungan emosional rnenjadi semangat bagi klien; air hangat dapat membantu relaksasi.

2.    Ketidak efektifan pola napas
Yang berhubungan dengan:
Y Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru)
Y Imobilitas, stasis sekret, dan batuk tak-efektif, sekunder akibat (penyakit pada SPP; depresi SSP/trauma kepala; cedera serebrovaskular)
Y Supresi refleks batuk, sekunder akibat (sebutkan)
Y Efek trakeostomi (perubahan sekret)
Y Imobilitas, sekunder akibat (pembedahan atau trauma; nyeri, ansietas; kelemahan; gangguan persepsi/kognitif)
Y Kelembapan yang sangat tinggi atau sangat rendah
Y Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok

Kriteria hasil
Indikator
Y Memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai dasar (8-24 /menit)
Y Mengekspresikan redanya (atau membaiknya) perasaan sesak napas
Y Menyebutkan faktor penyebab berikut cara untuk mencegah atau mengatasinya

Intervensi Umum
Y Kaji riwayat gejala: episode sebelumnya (kapan, dimana, bagaimana, situasinya).
Y Kaji faktor penyebab (organik, psikologik, emosional, kebiasaan bernapas yang salah.
Y Jelaskan penyebab ketidakefektifan pola napas kepada klien.
Y Jika rasa takut atau panik merupakan pencetus, singkirkan penyebab ketakutan, jika memungkinkan.
Y Alihkan perhatian klien agar tidak memikirkan kecemasannya dengan meminta klien mempertahankan kontak mata dengan Anda (atau mungkin dengan orang lain yang dia percaya).
Y Pertimbangkan penggunaan kantong kertas sebagai alat untuk menghirup kembali udara ekspirasi.(CO2, yang dikeluarkan akan dihirup kembali sehingga akan memperlambat laju pernapasan)
Y Yakinkan klien bahwa dia bisa mengontrol pernapasannya, dan bahwa Anda akan membantunya.
Y Ajarkan teknik pengontrolan napas (mis., pernapasan-bibir) atau konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan, untuk memperoleh latihan guna memperbaiki pola napas yang salah.

Rasional
Y Intervensi berfokus pada upaya memperlambat pola pernapasan dan mengajarkan klien untuk mengontrol responnya.
Y Menenangkan klien yang mengalami sesak napas dengan mengatakan bahwa berbagai tindakan tengah diambil untuk mengatasi situasi tersebut adalah intervensi yang penting untuk mengurangi kepanikan dan menurunkan gejala yang ada.

Penatalaksanaan Fisioterapi Dada, Drainase Postural, dan Terapi Oksigen
Fisioterapi Dada dan Drainase Postural
Fisioterapi dada (perkusi, vibrsi) dan drainase postural merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan membersihkan dan mempertahankan kepatenan jalan napas. Dalam pelaksanaannya, tindakan tersebut  dilakukan atas instruksi dokter.


Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas tindakan perkusi dan vibrasi. Perkusi adalah tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan kedua tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk secara bergantian. Tidakan ini bertujuan melepaskan sumbatan sekret pada dinding bronkus. Sedangkan vibrasi adalah serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakkan mendatar di atas dada klien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan turbulensi udara  yang dihembuuskan sehingga sekret terlepas dari dinding bronkus.

Perlengkapan
§  Bantal untuk mengatur posisi
§  Baju klien atau handuk kecil
§  Tempat sputum dan tisu

Prosedur
§  Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
§  Bantu klien mengatur posisi yang nyaman atau sesuai.
§  Tutupi atau lapisi tubuh kiien dengan baju atau handuk.
§  Anjurkan klien untuk bernapas dalam dan lambat
§  Kuncupkan kedua tangan hingga membentuk mangkuk; rapatkan jari-jari dan lemaskan pergelangan tangan.
§  Tepuk-tepuk punggung klien mulai dari punggung ke arah bahu. Jika dilakukan dengan benar, tepukan itu akan berbunyi seperti letupan.
§  Lakukan selama 3-5 menit; masing-masing segmen paru diperkusi selama 1-2 menit.
§  Anjurkan klien untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya melalui mulut (bentuk bibir mecucu atau seperti bersiul) secara perlahan.
§  Letakkan tangan bersilangan atau bersisian pada lokasi paru yang dikehendaki.
§  Getarkan bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu; lakukan dengan mengerutkan dan melemaskar tangan secara bergantian saat klien ekshalasi.
§  Lakukan berturut-turut selama lima kali ekshalasi.
§  Anjurkan klien untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah disediakan
§  Jadwalkan tindakan perkusi dan vibrasi secara teratur dalam sehari.

Drainase Postural
Drainase postural adalah drainase sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen paru yang berbeda dibutuhkan posisi yang berbeda pula. Posisi yang paling sering digunakan pada prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkan sekret dari segmen bawah paru. Ini karena segmen atas paru dapat mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Perlengkapan
F  Bantal-bantal untuk mengatur posisi klien
F  Tempat sputum, tissue, obat kumur
Prosedur
F  Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien.
F  Atur posisi klien sesuai dengan segmen paru atan bronkus yang terisi sekret.
F  Untuk mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru, tempatkan klien pada posisi semi-Fowler dengan kemiringan 300. Lakukan perkusi dan vibrasi pada area klavikula dan di atas skapula (bahu).
F  Untuk mengeluarkan sekret dari segmen posterior, posisikan klien duduk dengan-kepala agak menunduk kemudian lakukan perkusi dan vibrasi pada area (bahu).
F  Untuk mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas, tempatkan klien pada posisi terlentang. Letakkan bantal di bawah bokong klien dan posisikan kaki klien fleksi.
F  Untuk mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru, posisikan klien terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 150. Pada laki-laki, lakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan (sebatas puting) antara iqa IV dan VI. Sedangkan pada perempuan, tempatkan pangkal tangan di aksila dan jari-jari di  bawah mamae.
F  Untuk mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral, posisikan pasien miring dan tinggikan bagian kaki tempat tidur pada sudut 300-400. Lakukan perkusi dan vibrasi pada area paling atas dari rusuk terbawah.
F  Untuk mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal pos terior, tempatkan klien pada posisi tengkurap dan tinggikan bagian kaki tempat tidur 45 cm.  Ganjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3 bantal sehingga posisi klien seperti  jackknife. Lakukan perkusi dan vibrasi pada segmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan di atas spinal atau ginjal.
F  Untuk mengeluarkan-cairan dari segmen basal anterior, tinggikan kaki  tempat tidur pada sudut 300-400. Miringkan tubuh pasien pada sisi yang  sehat; lengan bagian atas dapat dinaikkan atau diletakkan di atas kepala, dan di antara kaki dapat diletakkan bantal.
F  Untuk mengeluarkan cairan pada segmen superior paru, tempatkan klien pada posisi tengkurap. Tempatkan dua buah bantal di bawah panggul. Perkusi dan vibrasi area tengah punggung, di bawah skapula di sisi vertebra.

Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada  seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen tersedia bati klien diberbagai kondisi. Pilihan tersebut bergantung pada kebutuhan oksigen klien, kenyamanan, dan tingkat perkembangannya. Suplai oksigen sendiri juga diberikan dalam beberapa cara. Disejumlah rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, suplai oksigen disalurkan melalui pipa panjang yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di samping tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi oksigen langsung pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harss diperhatikan  saat memberikan terapi oksigen adalah tindakan pengamanan (safety pre caution) guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa upaya pengamanan tersebut antara lain:
§  Hindari menyalakan api di sekitar sumber oksigen karena dapat meledak.
§  Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber tersebut
§  Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel di ruangan tersebut. Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik
§  Hindari menggunakan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis.
§  Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen.

Penatalaksanaan Sumber oksigen
Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung oksigen.
1.        Sumber dinding. Penatalaksanaan pemberian okisigen melalui sumber dinding meliputi:
§  Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen; gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat.
§  Isi botol dengan air steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter
§  Pasangkan alat yang akan digunakan pada slang atau saluran oksigen.
2.        Tabung. Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi:
§  Lepas tutup pelindung tabung.
§  Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan dengan hati-hati sebab tindakan tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras (meretakkan silinder).
§  Sambungkan flowmeter dengan outlef silinder, kencangkan dengan kunci inggris atau atau tang.
§  Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh, lalu kembalikan atan tutup sampai seperempatnya.
§  Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (instruksi dokter)
§  Isi botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
§  Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

Pemberian terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti kanula hidung, masker, transtrakea, dll.
1.        Kanula hidung. Pemberian oksigen melalui kanula hidung dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
Perlengkapan
§  Set perlengkapan oksigen
§  Flowmeter
§  Suplai oksigen
§  Kanula hidung dan slang oksigen
§  Plester jika perlu
Prosedur
§  Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien.
§  Cuci tangan.
§  Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmeter.
§  Cek apakah oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul gelembung pada humidifier, atau apakah slang oksigen terlipat.
§  Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur slang dengan cara melingkarkannya di kepala atau menyelipkannya pada daun telinga.
§  Anjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
§  Cuci tangan.
§  Catat respons kiien pada catatan perawatan.
§  Angkat dan bersihkan slang dan lubang hidung setiap 8 jam.
2.        Masker. Pemberian oksigen melalui masker dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
Perlengkapan
§  Suplai oksigen dan flowmeter
§  Humidifier dan air suling
§  Masker yang akan digunakan
§  Bantalan elastis
Prosedur
§  Jelaskan tujuan dan prosedur permasahan masker kepada klien.
§  Cuci tangan.
§  Sambungkan masker dengan set oksigen.
§  Letakkan masker pada wajah, di atas hidung dan mulut. Gunakan tali elastis agar masker tidak lepas.
§  Gunakan bantaan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan belakang kepala.
§  Cuci tangan.
§  Jika oksigen diberikan terus-menerus, lepaskan masker dan keringkan kulit setiap 2-3 jam.
§  Kaji atau observasi respons klien terhadap pemberian terapi oksigen.



BAB III
                                                         PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Kesimpulan makalah ini ada 2 yaitu:
1. Oksigen ( ) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi dan air, akan tetapi penambahan  yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
2. Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan .fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh   agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeluarkan   yang dihasilkan oleh sel.saat bernapas ,tubuh mengambil  dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)melalui darah guna dilakukan pembakaran .selanjutnya ,sisa pembakaran berupa   akan kembali di angkut oleh darah ke paru paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak beerguna lagi oleh tubuh.




3.2       Saran
            Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang idela dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan keperawatan yang diberikan.    


DAFTAR PUSTAKA

Aziz alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Potter&perry.2005. Konsep Keperawatan dan Fundemental. Edisi 4. Jakarta : EGC
Potter&perry.2005. Konsep Keperawatan dan Fundemental. Edisi 5. Jakarta : EGC
Wartona tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia dan proses keperaw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar